Langkah Indonesia Untungkan BUMN, Industri Tambang Global Babak Belur
Sabtu, 14 Januari 2017, 11:24 WIB
Bisnisnews.id - Pergeseran kebijakan pertambangan yang tak terduga di Indonesia bergema di seluruh dunia. Langkah Indonesia yang sekarang malah memperbolehkan ekspor mineral bijih (ore) dan bauksit dalam negeri berlebih, disebut sebagai langkah yang sangat aneh, menurut bank investasi terbesar Australia, Macquarie Group Ltd.
Indonesia mengeluarkan aturan yang memperbolehkan ekspor ore dan bauksit berlebih pada 12 Januari 2017 dan menghapus sebagian kebijakan larangan yang pernah dibuat di tahun 2014.
Potensi ekspor ore ini merupakan ancaman untuk harga nikel global, menurut Citigroup Inc. Futures yang sahamnya anjlok lebih dari 5 persen di London setelah perubahan diumumkan, dan belum bisa membalikkan kerugian. Saham Citigroup diprediksi bisa jatuh sampai 9.500 dollar dari 10.205 dollar per metrik ton pk 17:46 di Singapura (13/01).
Saham Nikel Asia Corp, produsen top di Filipina, turun 14 persen bersama dengan Jepang Sumitomo Metal Mining Co dan GMK Norilsk Nickel PJSC kemarin. Perubahan peraturan ini juga telah mengganggu investor Cina yang memompa uang tidak tanggung-tanggung ke dalam pengembangan industri smelter Indonesia.
Di lain sisi, pergeseran kebijakan ini benar-benar rejeki nomplok bagi perusahaan milik negara, PT Aneka Tambang, yang telah melobi habis-habisan untuk menghapus larangan ini. Antam memiliki stok ore lebih dari 20 juta ton, yang mana setara dengan sekitar 235 ribu ton nikel, menurut perkiraan Macquarie.
Antam jadi memiliki potensi mengapalkan sebanyak 70 ribu ton ore per tahun yang berasal dari pasokan dan pertambangan yang mati. Potensi ini menurut Macquarie, berarti bisa mematikan ekspor dari pemasok lain, Filipina dan China, yang selama ini telah mengisi kekosongan ekspor. Terbukti saham mereka jatuh.
"Tambahan pasokan bisa menurunkan biaya bagi produsen NPI, yang menjadi penentu utama dari harga nikel LME, " kata Macquarie kepada Bloomberg. Sementara saldo global tidak akan banyak berubah, harga bisa jatuh ke 9 ribu sampai 10 ribu dollar per ton. Citigroup telah memperkirakan kenaikan kapasitas akan menjadi 180 persen pada tahun 2020, menjadi sekitar 400 ribu ton.
Presiden Direktur Antam memiliki pendapat lain dan mengatakan, hal ini akan membantu meningkatkan arus kas dan meningkatkan pembiayaan untuk proyek-proyek smelter. Hasilnya saham Antam langsung melonjak.
Pemerintah juga mengubah aturan tentang ekspor logam semi-olahan seperti konsentrat tembaga. Perusahaan termasuk Freeport-McMoRan Inc dan PT Amman Mineral Internasional, yang tahun lalu membeli tembaga dan emas Indonesia dari Newmont Mining Corp, menghentikan pengiriman awal pekan ini setelah peraturan ekspor tumpang tindih (11/1).
Mereka sekarang harus mematuhi berbagai aturan sebelum ekspor konsentrat dapat dilanjutkan, termasuk mengubah kontrak kerja mereka menjadi izin usaha pertambangan khusus dan berkomitmen untuk membangun smelter. Saham Freeport langsung merosot di New York (13/01). (marloft)