M. Alipudin, Kandidat Ketum BPD HIPMI Jaya Ternyata Sudah Usaha Sejak Sekolah
Kamis, 06 Februari 2020, 13:21 WIBBisnisNews.id - Bursa calon Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jaya periode 2020-2023 makin seru. Para kandidat sudah mulai gerilya mencari dukungan sekaligus menyampaikan program kerja jika kelak dipercaya memimpin HIPMI Jaya.
Dalam kaitan ini, Muhamad Alipudin merupakan sosok pengusaha muda nasional yang layak untuk dipercaya. Berbagai pengalaman hidup, mulai dari berjualan di kampus hingga pasang surut rintisan usahanya, tak membuat dia putus asa untuk meraih kesuksesan.
Pria yang akrab disapa AP ini merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Ayahnya adalah pedagang hasil bumi yang cukup sukses. Yang dijual dari pupuk, pestisida, beras, sampai ayam dan telur.
Usaha ayahnya cukup berkembang, selain memiliki toko di Tangerang, ayahnya memiliki toko di Jakarta Barat. Kedua orang tuanya juga penggiat koperasi dan aktif di organisasi keagamaan seperti Nahdlatul ‘Ulama (NU).
Sejak kecil, ayahnya sudah menanamkan nilai-nilai entrepreneurship dalam kehidupan Alipudin. Dia pun sudah terbiasa hidup mandiri sejak kecil. “Sejak SMP sudah terbiasa hidup mandiri di pesantren,” ujar AP dalam keterangan tertulis di Jakarta.
Pria asal Desa Pekayon, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten duduk di bangku kelas dua SMA, berita duka datang secara tiba-tiba. Ayahnya meninggal karena kecelakaan. “Dan, cobaan datang bertubi-tubi, toko hasil bumi di Tangerang terbakar, kendaraan dijual untuk melunasi hutang,” jelas AP.
Saat lulus sekolah di tengah sulitnya ekonomi, Alipudin tidak mau kuliah karena tidak ingin menambah beban keluarganya. Akan tetapi, ibu dan kakaknya terus mendorong Alipudin untuk kuliah. "Awalnya sempat tidak mau kuliah, takut menambah beban keluarga. Mereka bilang tidak usah memperdulikan biaya,” ucapnya.
Singkat Cerita, etelah izin dari ibu dan kakak, akhirnya Alipudin mendaftar dan diterima di jurusan Teknik Pertambangan Universitas Trisakti Jakarta. “Kuliah pun kost di dekat Universitas Trisakti ketika pendidikan S1 jurusan Teknik Pertambangan, setelah itu lanjut S2 magister Manajemen di kampus yang sama,” ungkapnya.
Dagang Sambil Kuliah
Setiap minggunya, dia mendapatkan uang dari ibunya sebanyak Rp80.000 untuk bekal hidup di Jakarta. Akhirnya Alipudin berdagang untuk tambahan hidup sehari-hari.
“Dekat kost banyak home industry pembuat sandal gunung dan jaket yang cukup berkualitas, setiap minggu saya bawa ke kampus untuk dijual. Karena aktif di himpunan dan organisasi, semisal ada buat jaket atau kaos angkatan, saya yang kerjakan. Jadi berjualan untuk tambahan, tapi fokus kuliah dan organisasi tidak terpecah,” papar AP.
Saat kuliah, Alipudin aktif di beberapa organisasi, seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Perhimpunan Mahasiswa Pertambangan Indonesia, dan Kongres Mahasiswa.
"Saya terdaftar aktif sebagai salah satu ketua di Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI), juga terdaftar sebagai Pengurus Nasional Karang Taruna (PNKT) dan Gema Nahdlatul ‘Ulama (NU),” ucapnya.
Berbekal pengalaman organisasi dan berbisnis, dia memutuskan tidak bekerja formal setelah lulus kuliah. Dengan modal terbatas, Alipudin bersama temannya membuat comanditaire venootschap (CV) di umurnya yang masih 24 tahun.
“Saya membuat CV sama teman saya, mengerjakan proyek di antaranya bikin sekolah dan jalan. Selama tiga tahun cukup berkembang, sampai tahun 2008 terkendala karena harga bahan bakar minyak (BBM) naik dan berimbas pada komoditas lainnya," aku AP.
"Walaupun hampir merugi, karena komitmen, alhamdulillah semua proyek selesai. Setelahnya, atas saran ibu, pada tahun 2009 sampai 2013, saya bekerja di perusahaan pertambangan.."
Dan usaha ini pula yang terus digeluti oleh AP yang juga suami drg. Putih Sari pada 2011 yang juga politisi Partai Gerindra itu. Dengan bekal dan pengalaman ini, AP bertekad maju dan siap mengabdi melalui HIPMI Jaya. (nda/helmi)