Migas Bukan Unggulan, Saatnya Indonesia Kembangkan Ekspor Non Migas dan Energi Alternatif
Senin, 04 November 2019, 17:02 WIBBisnisNews.id -- Sektor Energi ini, dulunya menjadi penyumbang penerimaan negara Indonesia yang terbesar, tapi sekarang sudah kecil sekali. Indonesia yang dulu menjadi negara pengekspor migas kini sebaliknya ne importer migas dan necara perdagangannya defisit pada tahun 2019 ini.
"Kini banyak negara lain, melihat migas atau bahan tambang lain sudah kurang menjanjikan. Banyak negara termasuk Arab Saudi si raja minyak dunia pun, sudah mulai mencari penerimaan negara dengan usaha di luar minyak," kata pakar migas dan mantan anggota Komisioner PH Migas Dr. Ibrahim Hasyim di Jakarta.
Dalam situasi seperti itu, lanjut dia, sudah tepatlah Indonesia juga mulai meninggalkan ekspor migas dan bahan tambang lainnya. "Selanjutnya, mendorong hilirisasi, meningkatkan nilai tambah bagi bangsa dan negara," jelas Ibrahim.
Menurutnya, migas dan bahan tambang kini berubah peran menjadi sumber energi dan sumber bahan baku industri. Bahan baku industri yang ada sekarang harus diolah dan dijadikan bahan jadi atau setengah jadi agar memberikan manfaat optimal bagi bangsa dan negara Indonesia.
"Maka pesan saya kepada Bapak Menteri ESDM (Arifin Tasyrif), tolong dorong juga pengembangan dan pemakaian energi konvensional yang ada di sekeliling masyarakat," pesan Ibrahim saat dikonfirmasi BisnisNews.id, Senin (4/11/2019).
Dengan langkah tersebut, menurut Ibrahim, maka beban impor energi dapat kita kurangi. Kita sekarang sudah mengimpor 70 % LPG, beban ini sudah sama dengan beban ketika minyak tanah dulu juga menjadi sumber energi rumah tangga utama," kilah Ibrahim.
Selanjutnya, usul putra Aceh itu, cetak tenaga Penyuluh Energi untuk mengedukasi masyarakat, memilih, mengembangkan dan menggunakan sumber energi lokal yang banyak tersedia di pedesaan.
Sepert diketahui bersama, Indonesia sangat kaya sumber enerhi primer yang bisa dikembangan menjadi energi tepat guna bahkan berkelanjutan, karena menggunakan bahan baku yang bisa diperbaharui.
Ada eneri surya, bayu, bahkan biosolar dan bioetanol yang melimpah di Tanah Air. Eeri terbarukan itu bisa menjadi substitusi energi tak terbarukan atau berbahan aku fosil saat ini.
Ibrahim menambahkan, energi fosil cepatt atau lambat akan habos dipakai dan tak bisa diperbaharui. "Tepat sekali momentum sekarang bangsa Indonesia melalui Kementerian ESDM mengembangkan energi terbarukan."
"Selain itu, Indonesia juga harus menggalakkan ekspor non migas sebagai sumber devisa yang lebih banyak dan belum digarap secara optimal di negeri ini," tegas Ibrahim.(helmi)