Pedoman Uni Eropa Harus Prioritaskan Energi Terbarukan
Sabtu, 03 Desember 2016, 02:21 WIBBisnisnews.id - IATA menyambut baik revisi Uni Eropa (EU) tentang Pedoman Energi Terbarukan atau disebut Renewable Energy Directive (RED) untuk mendorong bahan bakar terbarukan, serta mendesak para pembuat kebijakan untuk lebih memprioritaskan penggunaannya dalam transportasi udara.
Pada tanggal 30 November 2016, Uni Eropa telah menerbitkan revisi pedoman yang membuat EU menjadi pemimpin global dalam hal energi terbarukan sekaligus memastikan konsumsi penggunaannya di Eropa mencapai target minimal 27% tahun 2030.
Saat ini, pengguna terbesar bahan bakar terbarukan yaitu sektor transportasi darat lebih memilih menggunakan listrik. Namun penerbangan tidak memiliki pilihan teknologi selain bahan bakar cair. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan pasokan dan mengurangi biaya, kebijakan penggunaan bahan bakar terbarukan akan diprioritaskan untuk transportasi udara
" Aviasi tengah berproses menuju peningkatan karbon netral dan pengurangan emisi gas buang. Bahan bakar terbarukan merupakan elemen penting dari strategi penurunan karbon. Prospek penurunannya bisa sekitar 80% dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Kebijakan untuk mendorong produksi bahan bakar terbarukan telah sukses di Amerika Serikat. Eropa memiliki kesempatan memimpin jika RED yang direvisi berisi langkah-langkah tepat, "kata Michael Gill, Direktur Aviasi Lingkungan IATA dalam rilisnya di situs resmi IATA.
Komisi Uni Eropa sendiri menyatakan bahwa revisi pedoman ini bertujuan agar Eropa bisa memimpin di bidang energi terbarukan. Tantangan bagi bahan bakar jenis ini atau biasa dikenal Sustainable Aviation Fuels (SAF) adalah cara meningkatkan pasokan sekaligus memangkas biaya. Produksi yang besar akan membantu mengurangi harga, dan harga yang kompetitif akan mendorong tingginya permintaan. Untuk masuk ke dalam lingkaran ini, RED harus memperkuat kerangka kebijakan guna mendorong produksi bahan bakar terbarukan.
" Maskapai benar-benar berkomitmen tinggi untuk menggunakan bahan bakar terbarukan sebagai alternatif serta memastikan tidak ada gangguan terhadap keanekaragaman hayati, produksi pangan, atau sumber air bersih. IATA siap berinvestasi dalam hal ini dan revisi RED menawarkan kesempatan bagi Eropa untuk menunjukkan apa yang bisa dicapai ketika para pembuat kebijakan dan pelaku industri menggabungkan pendekatan terkoordinasi untuk tindakan iklim dan inovasi bisnis. "tutup Gill.
Sebagai latar belakang, IATA adalah asosiasi transportasi udara internasional yang mewakili sekitar 265 penerbangan dan 83% di antaranya adalah penerbangan internasional. Pada bulan Oktober 2016, IATA mengambil langkah besar untuk mencapai pertumbuhan karbon-netral, terbukti dengan adanya kesepakatan skema pemangkasan karbon, CORSIA (Carbon Offset and Reduction Scheme for International Aviation). Sekitar 85% dari semua penerbangan internasional di dunia bergabung sukarela dalam skema ini. Langkah pertama yang akan dilakukan adalah mencapai pertumbuhan karbon-netral. Sedangkan target jangka panjangnya adalah mengurangi emisi gas buang (CO2) sampai 50% dari level 2005. Diperlukan perubahan signifikan dalam hal teknologi, operasi serta infrastruktur dan bahan bakar terbarukan (SAF) ini memiliki peran penting dalam proses tersebut. (Marloft / Syam)