Rupiah Anjlok Menjadi 14.175, Pemerintah Tetap Optimis
Senin, 21 Mei 2018, 12:54 WIBBisnisnews.id - Rupiah terus terpuruk dan mengkhawatirkan banyak pihak. Para investor siap-siap narik diri dan memindahkannya ke negara yang lebih menguntungkan.
Dalam transaksi antarbank Senin (21/5/2018), Rupiah anjlok ke Rp 14.175 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.133 per dolar AS atau turun 42 poin.
Faktornya, selain internal dalam negeri juga pengaruh besar kebijakan Bank Sentral Amerika. Seperti pergerakan imbal obligasi sehingga menahan masuknya dana asing ke pasar negara berkembang termasuk Indonesia.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan, imbal hasil obligasi AS berimbas kepada kenaikan dolar AS sehingga mata uang pada sejumlah negara berkembang cenderung melemah.
Selain itu, sentimen perdagangan Amerika Serikat menjadi faktor terjadinya gejolak mata uang dan ekonomi global.
Dari dalam neeri, keputuan Bank Indonesia menaikkan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps menjadi 4,50 persen dapat berimbas positif bagi nilai tukar rupiah.
Sentimen pisitif lain yang diharapkan terjadi pada nilai Rupiah ialah, target pertumbuhan ekonomi 5,4 persen sampai 5,8 persen dalam RAPBN 2019.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, menurunnya Rupiah, tidak berpengaruh besar terhadap ketahanan ekonomi nasional. terlebih Bank Indonesia teah membuat kebijakan baru yang memberikan harapan bagi para investor.
"Ini kan sifatnya sesaat, kita berharap saja, tidak terus terjadi," kata Airlangga, Minggu (20/5/2018) malam, saat berlangsungnya buka puasa bersama Kosgoro di kediaman Ketua Dewan Pembina Partai Golkar, Agung Laksono.
Ditegaskan, jangan terlalunkhawatir masalah Rupiah. Pondasi ekonomi nasional, ungkapnya cukup kuat untuk mempertahankan posisi ditengah-tengah penguatan Dolar AS. (Ari)