Rupiah Terjun Bebas Nyaris Menyentuh Rp 14 Ribu per Dolar AS, BI Lakukan Intervensi
Selasa, 24 April 2018, 14:51 WIBBisnisnews.id - Rupiah hari ini anjlok, nyaris menyentuh Rp 14 ribu per Dolar AS, padahal Bank Indonesia (BI) telah berusaha melakukan intervensi dengan mengguyur pasar secara besar-besaran agar rupiah tidak berfluktuasi dan melemah.
Gubernur BI Agus Martowardojo dalam pernyataan resminya yang diterima hari ini (24/4/2018) menyatakan, penguatan mata uang Dolar AS berimbas ke banyak mata uang lainnya.
Agus menngklaim, dengan dilakukannya intervensi oleh BI, Rupiah akan tertolong dan tidak terperosok jauh. Setidaknya, ada pelambatan pelemahan.
"Mata uang Dolar AS yang pada hari Jumat kemarin (19/4/2018) menguat tajam terhadap semua mata uang dunia, termasuk Rupiah. Hari Senin ini (23/4) kembali mengalami penguatan secara meluas (broadbased)," tutur Agus.
Kendati demikian, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS pada perdagangan kemarin (23/4) tetap melemah hingga terperosok ke level Rp13.975 per Dolar AS atau hampir menyentuh Rp14.000.
Kata Agus, penguatan Dolar AS hari Senin (23/4) masih dipicu oleh meningkatnya yield US treasury bills mendekati level psikologis 3,0% dan munculnya kembali ekspektasi kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) sebanyak lebih dari 3 kali selama 2018.
Kenaikan yield dan suku bunga di AS itu sendiri dipicu oleh meningkatnya optimisme investor terhadap prospek ekonomi AS seiring berbagai data ekonomi AS yg terus membaik dan tensi perang dagang antara AS dan China yang berlangsung selama th 2018 ini.
Sejalan dengan itu, pada hari Senin ini semua mata uang negara maju kembali melemah thd USD, antara lain JPY -0,25 perse, CHF -0,27 persen, SGD -0,35 persen, dan EUR -0,31 persen. Dalam periode yg sama, mayoritas mata uang negara emerging market, termasuk Indonesia, juga melemah.
"Untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah (IDR) sesuai fundamentalnya, Bank Indonesia telah melakukan intervensi baik di pasar valas maupun pasar SBN dalam jumlah cukup besar," ungkap Agus.
Dengan upaya tsb, IDR yang pada hari Jumat sempat terdepresiasi sebesar -0,70 peren, pada hari Senin (23/4) hanya melemah -0,12 pesen, lebih rendah daripada depresiasi yg terjadi pada mata uang negara-negara emerging market dan Asia lainnya, seperti PHP -0,32%, India INR -0,56 persen, Thai THB -0,57 persen, MXN -0,89 persen, dan Afrika Selatan ZAR -1,06 persen.
Gambaran serupa juga tampak dalam periode waktu yang lebih panjang. Dengan dukungan upaya stabilisasi oleh BI, sejak awal April (mtd), IDR melemah -0,91 persen, lebih kecil daripada pelemahan mata uang beberapa negara emerging market lain, seperti THB -1,04 persen, INR -1,96 persen, MXN -2,76 persen, ZAR -3,30 persen.
Demikian pula, sejak awal tahun 2018 (ytd) IDR melemah -2,35 persen, juga lebih kecil daripada pelemahan mata uang beberapa negara emerging market lain seperti BRL -3,06 persern, INR -3,92 persen, PHP -4,46 persen, dan TRY -7,17 persen.
Bank Indonesia mengaku akan terus memonitor dan mewaspadai risiko berlanjutnya tren pelemahan nilai tukar rupiah, baik yg dipicu oleh gejolak global (dampak kenaikan suku bunga AS, perang dagang AS-China, kenaikan harga minyak, dan eskalasi tensi geopolitik terhadap berlanjutnya arus keluar asing dari pasar SBN dan saham Infonesia).
"Maupun yang bersumber dari kenaikan permintaan valas oleh korporasi domestik (terkait kebutuhan pembayaran impor, ULN, dan dividen yang biasanya cenderung meningkat pada triwulan II). Untuk itu, Bank Indonesia akan tetap berada di pasar untuk menjaga stabilitas rupiah sesuai fundamentalnya. Terimakasih," pungkas Agus.(Rayza)