Sejumlah Saham AS Seperti Boeing Menguat Pada Akhir Perdagangan
Sabtu, 19 Januari 2019, 09:44 WIBBisnisnews.id - Pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB) saham boeing dan Caterpillar serta sejumlah saham lainnya di Amerika Serikat (AS) mengalami kenaikan.
Wall Street menjadi lebih optimis tentang potensi kemajuan dalam negosiasi perdagangan antara Washington dan mitra dagang utamanya.
Kantor berita Xinhua melaporkan
Saham Boeing dan Caterpillar maaing-masing naik 1,56 persen dan 2,18 persen berada di antara yang berkinerja terbaik dalam indeks 30-saham.
11 sektor utama S&P 500 maju, dengan sektor energi dan industri memimpin yang lain lebih tinggi. Delapan dari 11 sektor meningkat lebih dari satu persen. Sektor teknologi naik sekitar 1,5 persen, yang berhasil mengangkat Nasdaq lebih tinggi.
Indeks Dow Jones Industrial Average melonjak 336,25 poin atau 1,38 persen, menjadi berakhir di 24.706,35 poin. Indeks S&P 500 bertambah 34,75 poin atau 1,32 persen, menjadi ditutup di 2.670,71 poin. Indeks Komposit Nasdaq berakhir naik 72,76 poin atau 1,03 persen, menjadi 7.157,23 poin.
Sedangkan saham produsen mobil listrik Tesla jatuh 12,97 persen, mencatat kerugian terbesar di antara saham-saham di Nasdaq. Perusahaan melaporkan pada Jumat (18/1) bahwa pihaknya memangkas jumlah staf penuh waktu sekitar tujuh persen ketika meningkatkan produksi sedan Model 3-nya.
Saham Netflix merosot sekitar 4,0 persen. Raksasa streaming online AS ini melaporkan hasil kuartal keempat yang beragam pada Kamis (17/1), dengan perolehan labanya melebihi perkiraan sementara pendapatannya gagal memenuhi perkiraan mereka.
Di sisi ekonomi, indeks sentimen konsumen AS turun menjadi 90,7 pada Januari dari 98,3 pada Desember di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi AS, kata laporan yang dirilis oleh University of Michigan pada Jumat (18/1). Angka ini gagal memenuhi konsensus pasar.
Produksi industri AS naik 0,3 persen pada Desember setelah kenaikan 0,4 persen pada November, sejalan dengan perkiraan para analis, menurut data yang dirilis oleh Federal Reserve AS. (Antaranews/Jam)