Singapura Kembangkan Prototipe Untuk Konsolidasi Kargo
Sabtu, 25 November 2017, 09:34 WIBBisnisnews.id - Dua perusahaan Singapura telah mengembangkan prototipe untuk mengotomatisasi proses konsolidasi kargo untuk transportasi udara.
Proyek yang dipimpin oleh Singapore Technologies Dynamics (ST Dynamics) bekerja sama dengan Israel Aerospace Industries, merupakan pemenang dalam Tantangan CAAS (Aviation Aviation Authority (CAAS) ke-2 pada tahun 2014.
Dua peserta asal Singapura ikut dalam tantangan aviasi dari total 13, yang lainnya adalah TUM CREATE Ltd Singapore (TUMCREATE). Mereka mendapatkan 4 juta Singapura Dolar untuk mengembangkan prototip selama lebih dari dua tahun sejak September 2015.
Untuk ST Dynamics, mereka membuat prototipe bertujuan memaksimalkan penggunaan volumetrik kargo Unit Load Device (ULD) palet dan kontainer.
Dimensi kargo diskrining sementara instruksi penanganan khusus juga dibuat.
Informasi tersebut kemudian ditransfer ke sistem pengoptimalan di area build-up kargo. Ini untuk memastikan ruang palet digunakan secara optimal. Kendaraan otomatis (Automatic Guided Vehicles) lalu memindahkan barang untuk penyimpanan.
Sedangkan prototipe TUMCREATE juga melibatkan 3 proses : Cargo Eye, Cargo Mind dan Cargo Arm.
Cargo Eye memindai kargo untuk rincian seperti dimensi dan materialnya dan mengunggah data di awan (clouds). Prosesnya dilakukan secara real time dan memakan waktu sekitar 3 sampai 4 detik, bukan 10 - 15 detik yang saat ini digunakan oleh sistem lain, klaim perusahaan itu.
Data tersebut kemudian digunakan oleh Cargo Mind, sebuah sistem Artificial Intelligence (AI) untuk memutuskan bagaimana kargo dimuat dengan cara pemaksimalan volume yang ada.
Cargo Arm lalu menyimpan kargo yang sesuai dengan forklifts.
Dalam sebuah pernyataan, CAAS mengatakan bahwa saat ini proses konsolidasikan kargo ke dalam palet dan kontainer yang lebih besar untuk transportasi pesawat terbang dan proses memisahkannya adalah padat karya dan memakan waktu.
"Diperkirakan 40 persen tenaga kerja dikerahkan untuk penanganan kargo terlibat dalam proses build-up dan breakdown ini," kata CAAS.
"Ini juga menuntut fisik karena penangan kargo harus membawa barang secara manual."
Ia mencatat kedua prototip tersebut mampu mengurangi beban kerja bagi pekerja sekitar 30 persen, sekaligus meningkatkan kontribusi mereka.
"Dalam hal pemanfaatan aerospace, prototip tersebut mencapai 89 persen pemanfaatan ruang rata-rata, yang sedikit lebih baik daripada 85 persen yang bisa dicapai perencana kargo hari ini."
Rata-rata, kedua prototip tersebut mencapai waktu build-up 48 menit, yang sebanding dengan waktu build-up saat ini lebih dari 40 menit.
Prototipe dievaluasi oleh panel perwakilan dari komunitas penerbangan.
Proyek ini juga menarik perusahaan untuk menindaklanjuti teknologi yang telah dikembangkan.
TUMCREATE mengatakan kepada Channel NewsAsia bahwa beberapa perusahaan multinasional logistik terkemuka di Singapura telah menyatakan ketertarikan mereka untuk mengkomersilkan teknologinya. Demikian juga dengan ST Dynamics.
CAAS mengatakan akan bekerja sama dengan perusahaan yang berminat untuk lebih mengembangkan prototip diimplementasikan di Bandara Changi.
Direktur Jenderal CAAS Kevin Shum menambahkan bahwa proyek tersebut memiliki potensi untuk mengubah proses penanganan kargo, menguntungkan maskapai penerbangan, ground handling dan pekerja.
Dia mengatakan: "Mereka akan mendukung peta transformasi industri transportasi udara, yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan menciptakan lapangan kerja yang lebih baik bagi pekerja transportasi udara kita." (marloft)