Tantangan Perjalanan Udara Asia : Infrastruktur, Regulasi, Kesinambungan
Kamis, 26 Oktober 2017, 14:53 WIBBisnisnews.id - Kawasan Asia Pasifik menghadapi tantangan di tengah meningkatnya permintaan perjalanan udara, upgrade bandara dan manajemen lalu lintas udara, kata Alexandre de Juniac, CEO IATA pada hari Rabu 25 Oktober di Taipei.
"Kita menuju krisis infrastruktur besar," kata de Juniac di Assembly of the President of Asia Pacific Airlines (AAPA) di Taipei.
"Dalam banyak hal, kawasan Asia Pasifik berada di depan dengan ekspansi hub utama namun ada tantangan," katanya. Bangkok, Manila dan Jakarta termasuk di antara bandara yang membutuhkan upgrade banyak dan besar, sementara manajemen lalu lintas udara China berjuang mengatasi pertumbuhan, kata de Juniac.
China berhasila membangun bandara tapi belum bisa menghasilkan solusi pengelolaan lalu lintas udara, tambahnya.
Tantangan yang lebih besar yang dihadapi Asia Pasifik dalam masalah ini adalah tidak adanya sistem kerja sama formal regional untuk mempromosikan pengelolaan lalu lintas udara yang efisien, katanya.
Keterlibatan komunitas penerbangan sangat penting untuk memastikan bahwa sistem semacam itu berevolusi sesuai dengan kebutuhan maskapai penerbangan, kata Juniac. Ia meminta pemerintah untuk menemukan cara untuk memfasilitasi kemajuan di wilayah tersebut.
Pemerintah juga harus memastikan bahwa kebutuhan infrastruktur dasar diselesaikam, termasuk kapasitas yang memadai di bandara, kualitas dan teknologi sesuai dengan standar global, katanya.
Menurut perkiraan penumpang udara 20 tahunan IATA, 7,8 miliar penumpang akan melakukan perjalanan secara global pada 2036, hampir dua kali lipat dari 4 miliar yang diproyeksikan untuk tahun 2017.
Lebih dari setengah pertumbuhan global akan berada di kawasan Asia Pasifik, terhitung sekitar 2,1 miliar pelancong baru di tahun 2036, katanya.
IATA juga mengatakan China akan menggantikan Amerika Serikat sebagai pasar penerbangan terbesar di dunia - yang didefinisikan sebagai lalu lintas udara ke, dari dan di China pada tahun 2022, dua tahun lebih cepat dari perkiraan sebelumnya karena pertumbuhan perjalanan telah meningkat di China dan melambat di AS. (marloft)