Virus Corona dan Kelangsungan Sekolah Penerbang di Indonesia
Jumat, 14 Februari 2020, 18:27 WIBBisnisNews.id -- Kepala BPSDMP Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Sugihardjo mengatakan, pihaknya akan menjalin komunikasi dan kolaborasi dengan berbagai pihak bahkan ke ICAO untuk menyikapi dinamika dan pendidikan penerbang (flying school) di Tanah Air.
"Masalah flying school saat ini, adalah masih tingginya lulusan sekolah penerbang yang belum terserap dunia kerja. Di sisi lain, saat ini dunia termasuk Indonesia menghadapi wabah virus Corona yang membuat industri penerbangan makin lesu," kata Jojo, saat memberikan keynote speech pada FGD hasil kerja sama Balitbanghub-BPPP Perhubungan dan ITL Trisakti Jakarta, Jumat (14/2/2020).
Jojo hadir mewakil Menhub Budi Karya mengajak semua pihak terkait untuk bersama-sama memikirkan solusi terbaik mengatasi dampak virus Corona, termasuk ke Indonesia. "Jangan sampai virus mematikan itu masusk ke Indonesia, dan dampak negatignya bisa cepat teratasi," jelas Jojo.
Pengalaman sebelumnya, menurut dia, untuk mengatasi dampak wabah SARS, dunit membutuhkanw aktu sampai 8 bulan. Sementara, damoak virus Corono ini ditengarai lebih parah dibanding SARS, flu burung dan lainnya.
Sebagai Kepala BPSDMP, menurut Jojo, kita semua harus peduli dan ikut memikirkan kelangsungan sekolah penerbang dan juga industri penerbangan secara umum. "Jangan sampai damoak virus Corona terus berkelanjutan," papar Jojo menjawab BisnisNews.id.
Menurut dia, saat ini masih banyak alumni seolah penerbang yang belum terserap kerja alias menganggur. Konon, jumlahnya mencapai 1.500 orang, termasuk sebagian alumni PPI Curug, salah satu sekolah BPSDMP.
Menurut dia, untuk jangka pendek perlu difikirkan perlu tidak mengatur atau membatasi jumlah taruna/ siswa sekolah penerbang dan jumlah lulusannya. Jangan sampai terus membuka prodi penerbang, tapi masa depan mereka suram.
Kedua, menurut lulusan UI Jakarta ini, bisa dengan mempercepat penyerapan lulusan pilot yang sudah ada sekarang. "Masalahnya sekarang, untuk menyerap mereka tidak selesai oleh Pemerintah termasuk Kemenhub sendiri," kilah Jojo.
Perlukah Buka Prodi Penerbang ?
Ke depan, perlu mencari solusi yang terbaik. Masih perlukah terus membuka podi penerbangan atau perlu dilakukan penghentian sementara ? "Jika itu dilakukan, sampai kapan harus dilakukan," tanya Jojo diplomatis.
Putra Cirebon itu juga mengkritik, banyak pilot muda yang enggan terbang dengan pesawat kecil bahkan di daerah 3T (terluar, terdepan dan terbelakang) NKRI. "Pilot muda sekarang rata-rata dari keluarga mampu, biasa hidup enak sehingga tak mau susah. Inginnya, mereka terbang dengan pesawat jet dan gaji besar," aku Jojo.
"Tapi ironis, banyak pilot asing bergabung di Susi Air dan terbang di Papua. Mereka justru mengejar jam terbang, meski gaji pas-pasan," tegas Jojo.(helmi)