80 Persen Kecelakaan di Jalan Raya Akibat Rem Blong, 12 Ribu Orang Tewas, Pengemudi Ceroboh
Selasa, 20 Februari 2024, 15:04 WIBBISNISNEWS.id - Aspek keselamatan moda transportasi angkutan dan barang berbasis jalan raya menjadi prioritas untuk menekan tingkat kecelakaan. Faktor manusia dan sistem pengereman mendominasi kecelakaan.
Berdasarkan data yang dihimpun Korlantas Polri, selama semester I tahun 2023 terjadi sebanyak 68.579 kasus kecelakaan.
Dari jumlah kasus kecelakaan, jumlah korban meninggal dunia sebanyak 12.661 jiwa. Kecelakaan yang melibatkan bus dan angkutan barang jumlahnya cukup tinggi, yakni 963 kendaraan bus dan 11.292 kendaraan barang.
Baca Juga
HASIL RAKERNAS
Aptrindo Putuskan Mogok Nasional Menolak Odol, BBM Subsidi dan Sertikat Halal, Angkutan Barang Lumpuh
KINERJA PERSEROAN
Pasca Restrukturisasi, GMFI Kantongi Laba Bersih Senilai 20,2.Juta Dolar AS,
kESELAMATAN
Armada Usang Di Jalan Segera Di-Scrap, Pengusaha: Siap Meremajakan Asal BBN dan PPN Dihapus
Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Amirulloh mengatakan, untuk mewujudkan penurunan angka kecelakaan dan meningkatkan aspek keselamatan, salah satunya bisa dilakukan dengan kolaborasi pada seluruh pemangku kepentingan.
Penegasan itu disampaikan Amirulloh saat membacakan sambutan tertulis Dirjen Perhubungan Darat pada kegiatan Focus Group Discussion "Strategi Efektif Dalam Upaya Mencegah Kecelakaan Berulang" yang digelar di Jakarta, Selasa (20/2/2024).
"Dalam mencegah kecelakaan berulang yang terjadi di jalan dalam beberapa bulan terakhir memerlukan pendekatan yang komprehensif dan strategi yang efektif," ungkap Amirulloh.
Unsur manusia atau perilaku pengemudi, ungkap Amirulloh, menjadi salah satu faktor dominan terjadinya kecelakaan.
Dia mengatakan, seperti kecepatan tinggi, ceroboh dalam mengendarai kendaraannya, kalau dalam melakukan pengecekan kelaikan kendaraannya sebelum jalan.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi, Soerjanto Tjahjono mengatakan sekitar 80 persen kecelakaan pada angkutan umum dan barang terjadi akibat adanya kegagalan sistem rem dan kelelahan pengemudi.
"Penting bagi setiap pengemudi untuk melakukan inspeksi harian pada kendaraan sebelum dijalankan demi mencegah adanya kebocoran sistem rem. Di samping itu, tempat wisata diharapkan ikut serta menyediakan tempat istirahat bagi pengemudi untuk menjaga kondisi dan kesehatan," ungkapnya.
Sementara, Direktur Lalu Lintas Jalan, Ahmad Yani menyampaikan pentingnya setiap perusahaan otobus melaksanakan Sistem Manajamen Keselamatan (SMK) sebagai bentuk manajemen risiko kecelakaan.
"Perusahaan otobus melaksanakan SMK kemudian Ditjen Hubdat yang mengecek apakah sudah sesuai persyaratannya. Dari sisi pengawasan, tidak hanya dari Uji KIR tetapi juga dilakukan di Terminal, ruas jalan dan UPPKB untuk kendaraan barang," tuturnya.
Kepala Seksi Jianrek Ditkamsel Korlantas Polri, AKBP Sulaeman memaparkan bahwa jumlah kejadian kecelakaan di Indonesia meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2021 sebanyak 103.645 kejadian, tahun 2022 sebanyak 137.851 kejadian, dan di tahun 2023 152.008 kejadian.
"Adapun sekitar 82 persen korban kecelakaan adalah laki-laki yang merupakan kepala keluarga. Sehingga bisa berpotensi pada peningkatan angka kemiskinan," katanya.
Kasubdit Manajemen Keselamatan Ditjen Hubdat, Joko Kusnanto mengungkapkan kecelakaan berulang yang terjadi pada kurun waktu November 2023 hingga Januari 2024 dengan melibatkan angkutan umum penumpang dan barang perlu menjadi perhatian bersama.
"Pada kegiatan ini dibahas topik-topik strategis seperti Kendaraan yang Berkeselamatan, Pengawasan Pengawasan, Pengendalian dan Perizinan Angkutan Umum dan Barang, Penyebab Kecelakaan, Penegakkan Hukum, serta Perlindungan Dasar Terhadap Risiko Kecelakaan," pungkasnya. (Syam)