Airnav Indonesia Akui, Perangkat Navigasi Udara Banyak Yang Jadul
Jumat, 30 Desember 2016, 17:46 WIBBisnisnews.id-Airnav Indonesia akui perangkat navigasi di sejumlah bandara sudah jadul dan akan segera dibenahi pada 2017 mendatang dengan mengalokasikan anggaran sebesar 2,275 triliun.
Total investasi sebesar itu juga sekaligus pembenahan perangkat navigasi udara pada 57 bandar udara di Papua. Direktur Operasi Airnav Indonesia Wisnu Darjono mengatakan, total investasi itu, merupakan bagian dari enam program pembiayaan yang dialokasikan sepanjang 2016 dan dilanjutkan pada 2017.
" Fokus kami adalah melakukan modernisasi seluruh perangkat navigasi penerbangan yang ada di bandara-banadara penerbangan sipil seluruh Indonesia. Yah, termasuk juga di Papua,"kata Wisnu, Jumat (30/12/2016) saat memberikan pemaparan kinerja Airnav Indonesia dan rencana kerja 2017 di Sentul Bogor.
Khusus Papua, kata Wisnu, dari sekitar 900 lebih bandara di Papua, yang ditugaskan pemerintah kepada Airnav Indonesia hanya 57 bandara. " Jumlah bandara di papua memang cukup banyak, hampir setiap desa ada landasan terbang, dan banyak diterbangi pesawat-pesawat milik misionaris," jelasnya.
Dia juga optimis, pembenahan bandara di Papua dan pulau-pulau lain oleh pemerintah, akan diikuti dengan perbaikan perangkat lunak pengatur lalulintas udara. "Ini adalah tugas kami untuk melakukan pembenahan, karena ada jug bandara yang perangkat navigasinya tidak bisa dikembangkan lagi dan akan kami ganti di 2017," jelasnya.
Wisnu juga mengatakan, sesuai bidang kerjanya (core bussiness) AirNav Indonesia,meliputi revitalisasi Air Traffic Services, Aeronautical Telecommunication, Aeronautical Information, Seach & Resceu Information, dan Aviation Meteorology Information.
" Tahun depan, anggaran untuk Revitalization of Equipment tak jauh beda dengan tahun ini, Tapi kita masih harus rapat dengan Kementerian BUMN," jelas Wisnu.
Menanggapi standarisasi layanan AirNav Indonesia, Wisnu memastikan, standar layanan dalam pengaturan ruang udara Indonesia sudah setara dengan AirNav Asia Pasific. Bahkan, kata Wisnu, beberapa peralatan AirNav Indonesia jauh lebih canggih dibandingkan yang dimiliki Australia, seperti radar di Bandara Sultan Hassanuddin Makasaar.
Dia memastikan, secara bertahap peralatan AirNav di sejumlah bandara juga akan dimodernisasi mengingat masalah keselamatan penerbangan menjadi faktor yang sangat krusial. Dampak positif dari modernisasi ini diantaranya bagaimana seorang pilot tidak lagi harus ke bandara untuk mendapatkan dokumen penerbangan, tetapi secara digital dapat mengakses dokumen yang diperlukan untuk suatu penerbangan. (Syam SK)