Akumulasi Pengetahuan dan Praktik Lahirkan Perbedaan Kualitas SDM
Senin, 15 Juli 2019, 06:13 WIBBisnisnews.id -- Perbedaan akumulasi pengetahuan dan teknologi yang diperoleh dalam proses belajar sambil bekerja, sambil beinteraksi gagasan dengan mereka yang lebih cerdas, proses belajar dengan mengamati dan memiliki pengalaman untuk mengoperasikan, merawat dan meperbaiki serta mengoverhaul semua peralatan dan permesinan berteknologi canggih akan melahirkan perbedaan kualitas sumber daya manusia (SDM) di Tanah Air.
Demikian disampaikan pakar pesawat terbang dan mantan Menhub Prof. Jusman Sjafei Djamal di Jakarta.
Menurutnya, ketimpangan kualitas manusia bersumber daya iptek memiliki konsekwensi. Sebab, tinggi rendahnya kualitas manusia bersumber daya yang dimiliki suatu wilayah amat menentukan batas gerak maju tiap alokasi sumber daya.
"Arus globalisasi yang terlambat diantisipasi akan melahirkan apa yang disebut perbedaan kontour dan landskap penguasaan teknologi," kata Jusman lagi.
Pada akhirnya, jelas mantan asisten Prof.Dr. BJ Habibie itu, akan melahirkan perbedaan peta kekuatan inovasi suatu kawasan yang disebut dengan istilah Geography of Innovation gap between regions.
Dan kekuatan Inovasi biasanya memiliki sifat alamiah yang mirip seperti air yang mengalir, ia bergerak dari tempat yang padat inovasi (reservoir innovation") ke tempat yang kering inovasi. Dari tempat yang tinggi kualitas inovasi ke tempat yang rendah kualitas inovasi.
Ketika belajar ilmu material di jurusan Mesin ITB, sebut Jusman, guru saya Prof. Tata Surdia mengenalkan pemahaman batas elestisitas tiap jenis material. Melalui uji tarik setiap lempeng logam dengan pelbagai bentuk dan ukuran ditenpatkan dalam mesin untuk ditarik sampai ia menemui titik patahnya.
Dan kemudian, menurut Jusman, dikenalkan melalui percobaan tersebut sebuah formula yang disebunya dengan istilah Hooke Formula, Modulus Young dan batas elastisitas setiap jenis material.
Dalam merancang pesawat terbang, terang Jusman, juga mengenali batas ketahanan struktur itu menjadi bagian penting dari sebuah frame work untuk menemukan rangkaian struktur yang tepat dan benar dari sayap, badan dan ekor serta bagaimana merakitnya menjadi satu kesatuan. "Tujannya, agar antarelemen tersebut muncul satu kesatuan yang bersinergi," terang Jusman.
Ketika pesawat Airbus atau Boeing mengangkasa, urai Jusman, ujung sayapnya dapat melengkung keatas sejauh satu meter tanpa melahirkan patahan. Kelenturan rangka setruktur sayap dan elastisitas material yang membentuknya telah menyebabkan pesawat terbang tahan goncangan dan turbulensi.
Dengan kata lain, menurut Jusman, pemahaman yang tepat dan benar tentang batas alamiah atau batas gerak maju dari system yang kita rekayasa dan rancang bangun, dapat ditemukan pola mitigasi dan adaptasi terhadap setiap resiko yang mungkin terjadi. Ada proses damage tolerance yang dapat diantisipasi.
Jika ada “toleransi damage” yang masih dapat dikendalikan dan ditemukan proses recoverynya. Dalam proses rekayasa pesawat terbang dikenali istilah “damage control analysis” dan “redundancy systems”.
Pemahaman tentang batas gerak maju dari tata kelola potensi Manusia Bersumber Daya Iptek yang kita miliki ini menurut hemat saya, tukas Jusman, perlu dibuatkan roadmap nya. Agar dapat direkayasa dan dirancang wawasan tentang arti Ruang Maneuver dari tiap tindakan yang dilakukan.
Dan dengan itu mengkaitkan pilihan Strategi Pengembangan Keahlian Manusia Bersumber Daya Iptek untuk diselaraskan dengan inovasi produk , proses produksi yang diinginkan bagi pertumbuhan ekonomi wilayah.
Dengan kata lain, tambah Jusman, uUpaya sistimatis untuk membuka belenggu potensi SDM dan memperbesar ruang manuver manusia bersumber daya iptek yang kita miliki dengan exposure pada perwujudan program inovasi dan penciptaan produk baru sebetulnya itu merupakan orientasi Strategi dan Inovasi dimasa depan.(helmi)