AS Peringatkan, ISIS Akan Serang Asia-Pasifik Termasuk Indonesia
Kamis, 19 Januari 2017, 02:15 WIBBisnisnews.id - Seorang komandan militer AS memperingatkan bahwa kawasan Asia-Pasifik berisiko tinggi diserang oleh pejuang radikal Negara Islam yang kembali ke negara asal masing-masing.
Setelah ISIS kehilangan wilayah di Timur Tengah, pejuang radikal dari Indonesia, Bangladesh dan negara lain cenderung pulang dan menargetkan negara asal mereka, kata Panglima Komando Pasifik AS, Laksamana Harry Harris.
Peringatan ini serupa dengan peringatan think tank Jakarta pada bulan Oktober lalu, yang mengatakan bahwa bahaya utama terletak di Filipina Selatan yang dilanda perselisihan, di mana segelintir kelompok ekstremis Islam telah bersumpah setia kepada ISIS.
"Ini bukan teori. Ini nyata. Tahun lalu saja, ISIS jelas berniat membunuh di negara-negara seperti Indonesia, Bangladesh, Filipina, Malaysia, dan Amerika Serikat," katanya pada konferensi konferensi geo politik tahunan "Raisina Dialog" di India yang dihadiri oleh pejabat dari 65 negara,
Derita negara Asia Tenggara dimulai pada bulan Januari tahun lalu ketika ekstremis meluncurkan bom bunuh diri dan serangan senjata di Jakarta, membuat 4 penyerang dan 4 warga sipil tewas.
Militan ISIS juga menewaskan 20 sandera di sebuah restoran Bangladesh tahun lalu, menjadikannya salah satu insiden paling mematikan di negara itu.
Harris mengatakan sejauh ini India berhasil menggagalkan setiap serangan ISIS di negaranya, tetapi menyerukan upaya terpadu masyarakat global untuk menangani ancaman di wilayah tersebut.
Menurut hitungan resmi, hampir 60 warga India telah bergabung dengan kelompok ISIS sejak 2014
Dilansir dari Yahoo, Harris juga menyinggung perseteruan Laut Cina Selatan dan mengatakan AS siap untuk menghadapi China pada isu gerakan bebas di daerah yang kaya sumber alam.
Cina telah mengklaim sebagian besar Laut Cina Selatan miliknya, meskipun ada pesaing lain dari Filipina dan negara-negara Asia lainnya.
Beijing telah memicu ketegangan regional dengan mengubah terumbu ekologis dan pulau di Selat Malaka menjadi pulau buatan untuk fasilitas militer.
Harris mendesak negara adidaya Asia untuk bekerjasama menjaga perdamaian di kawasan itu, "Kami tidak akan membiarkan domain bersama ditutup secara sepihak oleh China, tidak peduli berapa banyak fasilitas militer dibangun di pulau buatan Laut China Selatan," katanya. (marloft)