Awalnya Banjir Kritik, LRT Palembang Kini Diminati dan Menjadi Kebanggaan Masyarakat
Rabu, 06 Desember 2023, 14:11 WIBBISNISNEWS.id - Kereta ringan (Light Rail Transit/LRT) Palembang Sumatera Selatan kian diminati masyarakat, seiring makin padatnya arus lalulintas di seputaran kota yang dibelah Sungai Musi.
Berdasarkan data Balai Pengelola Kereta Ringan Sumsel, yang mulai dibangun pada 2015 dan dioperasikan
pertama kali pada 2018 atau bersamaan dilaksanakannya Asean Games, terjadi pertumbuhan penumpang cukup signifikan,
Angka pertumbuhan penumpang rata-rata 20 -30 persen. Data arus penumpang pada 2022 tercatat 3 juta penumpang dan sampai akhir 2023 diprediksi tembus 4 juta penumpang.
Baca Juga
LRT Palembang Sumsel yang melayani 12 stasiun pemberhentian dari Bandar Udara Sultan Mahmud Badarudin II Palembang - Jakabaring merupakan moda transportasi berbasis rel ringan pertama di Indonesia yang menelan anggaran sekitar Rp 10 triliun (APBN murni) tersebut kemudian diikuti Jakarta.
Kereta dengan total jarak tempuh 23 km, menurut sejumlah penumpang yang ditemui di dalam LRT mengatakan, kereta ringan yang dibuat semasa pemerintahan. Gubernur Alex Nurdin ini menjadi kebanggaan masyarakat di Palembang.
LRT ini kata Jul Azhari salah seorang penumpang dari Stasiun Asrama haji, sangat membantu masyarakat. " Terlebih sekarang ini, jumlah kendaraan di kota Palembang kian banyak, sehingga menambah kemacetan di jalan, kereta ringan inilah yang membantu kami untuk berangkat kerja dan pulang," kata Jul dengan logat Palembang ya.
LRT yang disiapkan menyambut para atlet dan tim official serta penonton dari berbagai negara di ASEAN tersebut menurut Kepala Balai Pengelola KA Ringan Sumsel, Rode Paulus, pengendalian operasionalnya dilakukan melalui Operation Control Center (OCC).
Saat ini, ungkap Rode, kereta yang dioperasikan sebanyak enam dari delapan unit kereta. " Enam rangkaian dioperasikan dua rangkaian disiagakan sebagai cadangan," ungkap Rode.
Terus meningkatnya jumlah penumpang ini, lanjut Rode juga didukung oleh moda transportasi berbasis jalan raya, yang berfungsi sebagai feeder atau angkutan penghubung.
Bus feeder itu melayani penumpang lanjutan atau melanjutkan perjalanan penumpang dengan LRT pada semua stasiun yang disinggahi.
LRT inu, sistem pengoperasiannya nyaris serupa dengan KRL, yakni sama-sama menggunakan sumber tenaga listrik.
Hanya saja, KRL menggunakan sumber listrik menggunakan jaringan kabel udara, sedangkan LRT sumber listriknya ditempel pada rel yang berhubungan langsung dengan roda.
Jaringan listrik LRT ini, kata Rode sama seperti KLR, yakni dari PLN. Hanya saja, khusus LRT secara teknis ada penanganan khusus, karena berada di bawah atau di rel.
" Makanya, rel harus benar-benar steril dari lalu-lalang orang atau benda lain, karena sangat berbahaya. Termasuk juga ketika kereta akan masuk ke depo, aliran listrik diputus saat akan masuk depo selanjutnya kereta ditarik dengan lokomotif," kata Rode .
Perawatan
Seluruh rangkaian kereta ringan ini dilakukan perawatan secara rutin, di depo untuk menjaga standar operasional.
Kalau ada bagian kereta yang bermasalah, langsung dilakukan perbaikan. Misalnya, ada bagian roda yang rusak akibat adanya gesekan, maka roda kereta akan langsung diperbaiki hingga kembali normal.
Perangkat lunak dan berat yang ada di depo LRT Palembang ini menggunakan teknologi Eropa, namun SDM-nya 100 persen merah putih dan tidak ada lagi orang asing.
" Kami melakukan pemeriksaan kereta setiap hari untuk memastikan kereta yang akan dioperasikan laik operasi," jelas Rode.
Staf Kualitas Kontrol LRT Palembang menambahkan, Muhammad Hasbi menambahkan, pemeriksaan rutin dilakukan, baik teknis maupun non teknis.
Artinya,.secara teknis, apakah kereta laik operasi atau tidak, seluruh bagian penting terkait operasional kereta diperiksa oleh petugas.
" Ketika ditemukan ada bagian yang mengalami gangguan, saat itu juga langsung diperbaiki. Kalau ada kerusakan ringan, bisa langsung diselesaikan, tapi kalau ada kerusakan berat, misalnya ada bagian yang harus dibongkar, waktu perbaikannya agak lama," jelas Hasbi.
Hal senada juga disampaikan Yoga Septiano, Staf Perawatan dan Peningkatan Sarana dan Prasarana Balai Pengelola LRT Palembang. Dikatakan, seluruh rangkaian kereta setiap harinya dibersihkan, dicuci hingga benar-benar bersih dan bisa dioperasikan kembali melayani masyarakat.
"Seluruh kereta yang keluar dari Depo dan dioperasikan melayani masyarakat wajib laiknioerasi,"jelasnya.
LRT Palembang merupakan proyek bergengsi dan pertama di Indonesia
yang menggunakan skema penugasan BUMN melalui Peraturan Presiden No. 116 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan di Provinsi Sumatera Selatan pada Oktober 2015.
Dalam Peraturan Presiden itu, PT Waskita Karya, selaku BUMN ditugaskan membangun prasarana dan PT Kereta Api Indonesia untuk menyelenggarakan sarana kereta api.
LRT yang awal pembangunannya banjir kritik, karena dinilai hanya sebagai keputusan politik tersebut, kini benar-benar menjadi kebanggaan masyarakat Sumsel, khususnya Palembang. (Syam)