Balitbang Perhubungan Design Kapal Tongkang Angkutan Logistik, Setara Dengan 500 Truk
Rabu, 18 September 2019, 17:45 WIBBisnisNews.id -- Kepala Badan Litbang (Balitbang) Perhubungan Sugihardjo mengatakan, pihaknya menggaet BPPT dan kalangan perguruan tinggi men-design kapal tongkang untuk angkutan petikemas di Tanah Air. Kalau tongkang selama ini ditarik tugboat, ke depan akan dibuat tongkang khusus dengan mesin penggerak sendiri sehingg lebih efisien.
"Tongkang baru nanti diharapkan bisa menjadi terobosan angkutan logistik di Indonesia. Lebih efisien di negara kepulauan, sekaligus mengantisipasi masih rendahnya share kapal laut dan kereta api angkutan barang saat ini," kata Jojo, sapaan akrab di pada
FGD "Assesing Greenhouse Gas Impacts of Transport Policies" yang digelar Institut Transportasi dan Logistik (ITL) Trisakti di Jakarta, Rabu (18/9/2019).
Pada acara tersebut, bertindak sebagai keynote apeaker Menhub Budi Karya Sumadi yang diwakili Dirjen Hubdat Budi Setiyadi. Sementara, Kabalitbang Perhubungan Jojo tampil sebagai salah satu pembicaranya.
Menurut Jojo, masih tingginya biaya logistik di Indonesia saat ini menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi kita semua. Termasuk Balitbang Perhubungan, yang harus ikut memikirkan solusinya yang lebih baik. "Sebagai negara kepulauan, Indonesia cukup efektif jika dioperasikan tongkang khusus dengan mesin penggerak sendiri," jelas putra Cirebon itu.
Fakta selama ini, kata Jojo, angkutan logistik dengan kapal laut dan kapal roro kurang efisien. Harganya lebih mahal, butuh subsidi antara Rp1 juta sampai Rp2 juta per boks. "Demikian juga angkutan KA, selama ini masih mahal, sehingga KA Logistik yang ada kurang optimal," kilah Jojo.
Di sisi lain, menurut Jojo, KA Barang saat ini belum optimal. Frekuensinya rendah, kapasitas yang ada belum terisi optimal. "Apalagi, KA Barang masih menyatu dengan KA jarak jauh dan KRL. Frekeuensi perjalanan KA barang sangat rendah, dan kapasitas yang ada kurang optimal," sebut mantan Sekjen Kemenhub itu.
Tongkang = Setara 500 Truk
Dalam perhitungan Balitbang Perhubungan, papar Jojo, jika satu tongkang mampu mengangkut 1.000 teus untuk sekali jalan. Jumlah itu setara dengan 500 truk. "Jika kapasitas besar, maka harga bisa ditekan. Apalagi, untuk angkutan antarpulau, maka praktis lebih sulit dengan KA atau truk angkutan darat seperti saat ini," kilah Jojo.
Dampak lain mengalihkan angkutan logistik ke tongkang "khusus" tersebut, maka kepadatan di jalan raya atau jalan tol akan berkurang. Biaya transportasi pun semakin rendah. "Jika diakumulasikan dengan tingkat kerusakan jalan, kemacetan dan dampak negatif lainnya, maka angkutan logistik dengan tongkang khusus nanti akan lebih efisien," urai Jojo.
Mantan Direktur LLAJ Ditjen Hubdat itu menambahkan, selama ini kerugikan akibat kerusakan jalan termasuk oleh truk ODOL nilainya sangat tinggi. Biaya tansportasinya juga lebih mahal.
Meurut data Kementerian PUPR, kerusakan jalan akibat truk ODOL menjacapai Rp42,5 triliun setiap tahun. "Jumlah seharusnya bisa dihemat dengan mengalihkan angkutan logistik ke kapal tongkang yang di-desaign Balirbang Perhubungan bersama BPPT dan ITS tersebut," tegas Jojo.(helmi)