Bangun General Aviation di Indonesia, AP II Siapkan Dana Rp550 Miliar Untuk Bandara Banyuwangi
Minggu, 28 Juli 2019, 08:25 WIBBisnisnews.id -- President Director AP II Muhammad Awaluddin, mengapresiasi dukungan yang diberikan oleh para pejabat Pemerintah Pusat dan Daerah bagi perusahaannya untuk mengembangkan konsep General Aviation di Indonesia. Ide awal pengembangan konsep tersebut adalah agar perusahaan yang dipimpinnya bisa membantu pemerintah menumbuhkan industri pariwisata nasional. Khusus untuk pengembangan Bandara Belimbingsari, Banyuwangi manajemen AP II sudah mengalokasikan dana sampai Rp550 miliar.
“Presiden Jokowi sendiri telah mencanangkan industri pariwisata sebagai core economy baru negara ini, dengan bantuan dari sektor lain. Untuk itu kami ingin menjadikan Bandara Banyuwangi sebagi pilot project General Aviation ini.
Secara terminologi General Aviation memiliki arti pemanfaatan bandara-bandara untuk keperluan apapun yang berkaitan dengan sektor kedirgantaraan, kecuali militer. Jika diterjemahkan, General Aviation adalah layanan penerbangan umum yang mencakup berbagai jenis aktivitas komersial dan non-komersial, termasuk penerbangan pribadi, pelatihan penerbangan, ambulan udara, pemadaman kebakaran udara, penyewaan udara, penerbangan terpencil, dan gliding. Jenis pesawat yang digunakan dalam General Aviationmeliputi pesawat eksperimen, pesawat sportringan, dan jet sangat ringan yang tidak digunakan oleh maskapai penerbangan.
Baca Juga
Director of Engineering & Operation AP II Djoko Murjatmodjo menambahkan, perusahaannya sangat siap menjadikan General Aviationsebagai daya tarik baru wisatawan.
“Selain Banyuwangi, ada beberapa bandara yang dikelola AP II sangat cocok untuk digunakan untukGeneral Aviation. Seperti di Silangit, kalau ada wisatawan yang punya waktu pendek tapi mau melihat keindahan Danau Toba dan Pulau Samosir, bisa terbang dengan pesawat kecil kesana lalu kembali lagi ke bandara. Bandara Tanjung Pinang, Aceh, dan Nias pun demikian. Adanya permintaan seperti ini yang mendorong kami meningkatkan utilisasi bandara untuk mendukung pariwisata” kata Djoko.
Dalam dua tahun terakhir, AP II menurutnya sudah menanamkan investasi Rp250 miliar untuk meningkatkan kapasitas runway demi bisa melayani penerbangan pesawat berbadan besar. Dalam waktu dekat, perseroan akan menambah investasi Rp300 miliar untuk pengembangan terminal. Jadi totalnya ada Rp550 miliar akan dikucurkan manajemen BUMN bandara ini.
“Kami ingin Banyuwangi ini jadi bandara khusus untuk wisata. Rencana itu akan lebih lengkap kalau ada daya tarik wisata dari General Aviation,” jelasnya.
Kendala Regulasi
Namun, untuk bisa menjadikan General Aviationsebagai daya tarik wisata, Direktur Keselamatan, Keamanan dan Standarisasi AirNav Indonesia Yurlis Hasibuan mengingatkan ada beberapa standard keselamatan yang harus dipenuhi pelakunya.
“Misal, untuk yang ingin melakukan penerbangan malam baik untuk latihan atau wisata harus melengkapi standard kelengkapan pesawat demi menjamin keamanan. AirNav mendukung General Aviation, namun regulasinya harus menyesuaikan,” kata Yurlis.
Sementara Marsekal Madya TNI (Purn) Eris Heriyanto, seorang pilot yang menggeluti dunia General Aviation mengakui ada banyak destinasi wisata yang bisa dijangkau dengan pesawat kecil. Sehingga rencana AP II untuk mengembangkannya perlu didukung semua pihak.
“Termasuk dari sisi pajak PPNBM yang kalau ditotal dengan biaya lainnya, untuk membeli satu pesawat kecil itu biayanya bisa kena pajak 100% alias dua kali lipat dari harga aslinya. Selain itu operator bandara juga harus memastikan berbagai jenis BBM untuk pesawat kecil tersedia di bandara,” jelas Eris.
Serap Tenaga Kerja
Capt. Dharmadi, Direktur Utama FlyBest Flight Academy memiliki catatan tersendiri sendiri setuju konsep General Aviationsegera dimulai di Indonesia. Ia mengacu pada Amerika Serikat (AS) yang sudah sangat lama merasakan manfaat ekonomi dariGeneral Aviation.
“Di AS itu ada 4.000 bandara yang melayani General Aviation. Anda tahu berapa jumlah penumpangnya? 166 juta orang!,” kata mantan Presiden Direktur AirAsia Indonesia tersebut.
Dharmadi menyebut penerapan General Aviationjuga bisa jadi solusi penyerapan tenaga kerja, karena akan banyak dibutuhkan pilot, tenagaground handling, mekanik, sampai menumbuh kembangkan sekolah-sekolah pilot.
Chairman Aircraft Owners and Pilots Association of Indonesia (AOPA-ID) Imron Siregar mengatakan, gagasan AP II untuk menjadikan General Aviation pendorong pariwisata merupakan yang pertama di Indonesia.
Imron juga menyebut, ada 2 juta pekerja terserapGeneral Aviation di AS sehingga jika diterapkan di Indonesia bisa lebih tinggi dari itu jumlah pekerja yang dilibatkan. “Semoga tahun depan Indonesia bisa bikin event air rally dengan gagasan awal ini,” tandas Imron.(helmi)