Deflasi Yang Terus Terjadi Akan Berbahaya
Jumat, 01 Maret 2019, 17:53 WIBBisnisnews.id - Deflasi Februari 2019 dipicu oleh penurunan komoditas makanan, seiring penurunan bahan bakar minyak (BBM) Pertamina yang sebelumnya sama sama naik.
Seperti diketahui, sebelumnya (2018) sampai Januari 2019 komoditi pokok naik, seperti harga ayam, telor, bumbu masak, bawang dan sejumlah komoditi lainnya.
Februari 2019 turun, dan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) total deflasi sebesar 0,08 persen. Sumber terbesarnya bahan makanan yang sumber deflasinya sampai 1,11 persen.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengakui hal itu. Namun kata dia,
deflasi yang terus terjadi dikhawatirkan berdampak tidak baik. Sektor yang terkena imbasnya secara langsung ialah petani dan peternak, karena itu perlu ada keseimbangan.
Bagi konsumen diuntungkan, karena kebutuhan pokok turun, tapi produsen bila terlalu berlebihan akan merugi. Terlebih kalau baham di pasar sudah kadung berlimpah.
"Kalau bulan-bulan sebelumnya kan memang tinggi, sekarang turun," jelaa Darmin, Jumat (1/3/2019) di Jakarta.
Misalnya seperti harga daging dan telur ayam sebekumnya naik 15 - 20 persen, awal Februari turun, meskipun kecil tapi berpengaruh besar terhadap daya beli. Artinya deflasi masih normal, kecuali sebelumnya tidak ada kenaikan, tiba-tiba deflasi, malah itu berbahaya.
Terkait deflasi seperti diumumkan BPS, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo produsen tidak perlu khawatir. Turunnya harga sebagian besar kelompok pangan dan harga barang yang diatur pemerintah, seperti BBM non subsidi, telah membantu mengendalikan pergerakan harga barang di bulan kedua tahun ini.
Padahal di Februari dalam tahun-tahun sebelumnya terjadi inflasi. Karena itu dia juga menjelaskan inflasi 2019 akan berada di bawah 3,5 persen bahkan bisa lebih rendah di akhir tahun.
Produsen tidak harus khawatir terhadap depflasi ini. BI kata Perry, sudah mendeteksi sejak beberapa pekan di pertengahan Februari 2019.
Deputi Bidang Statistik dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Yunita Rusanti pada Jumat (1/3) mengumumkan terjadi deflasi sebesar 0,08 persen secara bulanan (mtm) pada Februari 2019.
Pergerakan harga konsumen itu berbalik dari dinamika harga barang jika dibandingkan Februari 2018 yang infasi 0,17 persen (mtm) dan Februari 2017 yang inflasi 0,23 persen (mtm).
Dengan deflasi 0,08 persen di Februari 2019, maka secara tahun berjalan terjadi inflasi 0,24 persen hingga Februari 2019 (year to date/ytd) dan secara tahunan 2,57 persen (year on year/yoy).
Yunita mengatakan menurunnya harga BBM non-subsidi pada 10 Februari 2019 lalu dan juga harga komoditas bahan makanan menjadi penyebab deflasi di Februari 2019 yang sebesar 0,08 persen.
Penurunan harga BBM non subsidi ini mengurangi tekanan harga dari berbagai tarif kelompok transportasi. Pasalnya, di kelompok yang sama, tarif transportasi angkutan udara dan transportasi mobil menyumbang inflasi masing-masing 0,03 persen dan 0,01 persen. (Jam/Syam S)