Dikritik, Rencana Bulog Mau Musnahkan Ribuan Ton Beras
Sabtu, 30 November 2019, 05:44 WIBBisnisNews.id -- Perum Bulog (Badan Urusan Logostik) berencana memusnahkan atau membuang beras yang dianggap sudah mengalami penurunan mutu. Jumlanya mencapai 20.000 ton karena sudah turun kualitasnya.
"Jika ini benar, maka jelas adalah kebijakan yang membunuh hak hidup rakyat miskin. Beras yang dibeli dengan uang APBN atau milik rakyat akan dimusnakan," kritik analis kebijakan publik Azas Tigor Nainggolan di Jakarta.
Seperti diketahui, lanjut dia, Bulog minta anggaran untuk pemusnahan sebanyak 20.000 ton beras. Dikutip dari laman, Antara 29 November 2019, "Perum Bulog meminta Kementerian Keuangan untuk mengalokasikan anggaran kepada BUMN pangan tersebut guna membiayai kebijakan pembuangan beras yang sudah mengalami penurunan mutu atau disposal stock."
Dikatakan Tigor, Perum Bulog meminta Kementerian Keuangan (Kemenkeu) untuk mengalokasikan anggaran kepada BUMN pangan tersebut guna membiayai kebijakan pembuangan beras yang sudah mengalami penurunan mutu atau disposal stock.
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Bulog Tri Wahyudi Saleh menyebutkan sekitar 20.000 ton dari stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) akan dimusnahkan. "Stok beras itu senilai Rp160 miliar dengan rata-rata harga pembelian di petani Rp8.000 per kilogram," kata Tri Wahyudi.
Coba bayangkan Bulog hendak membuang 20.000 ton beras. Mengapa Bulog sampai bisa dan tega membuang beras sebegitu banyak luar biasa. "Padahal masih banyak sekali orang miskin yang kelaparan karena tidak memiliki bahan makanan, tidak mampu membeli beras," sebut Tigor.
Membuang makanan, membuang beras sama saja membunuh hak hidup orang miskin. "Ironisnya, beras yang dibeli dengan uang rakyat sekarang akan dimusnakah. Sementara, masih banyak anak bangsa yang harus berjuang keras untuk mendapatkan sesuap nasi," terang @azastigornainggolan.
Manajemen stok dan pengelomaan pangan di Perum Bulog, tambah Tigor, ke depan harus diperbaiki. Paling tidak, langkah sia-sia memusnahkan bahan pangan, yang nota bene sangat dibutuhkan rakyat miskin tidak terjadi lagi.
"Jangan sampai ada beras atau bahan pangan yang dibutuhkan rakyat dikelola secara tidak profesiona an harus dibuang sia-sia. Di sisi lain, banyak anak bangsa ini yang masih kekurangan pangan," tegas Tigor.(helmi)