DKJ Gelar Teater Propaganda Pendudukan Jepang 1942-1945
Selasa, 08 Mei 2018, 17:35 WIBBisnisnews.id – Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta kembali menyelenggarakan program teater arsip. Produk teater arsip kali ini bertajuk tiga setengah tahun Seni dan Propaganda Pendudukan Jepang 1942-1945 yang berlangsung pada 7-10 Mei di Lobi Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Propaganda yang hadir pada era pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945) terlihat sebagai wacana politik dan estetik yang hidup dengan dua mata pedang dalam medan seni yang berbasis publik (sandiwara, seni poster, dan musik). Di satu sisi lain hal ini digunakan untuk memobilisasi dan mengagitasi publik, namun di sisi lain publik memanfaatkannya sebagai hiburan, dan juga sebagai alat untuk memperkaya modal budaya mereka sendiri.
Pada masa sekarang, propaganda dilihat sebagai hal yang negatif, apalagi dengan meluasnya fenomena hoax (informasi palsu dan berita bohong). Sementara pada masa lalu, di Jepang, propaganda dipahami secara positif sebagai media untuk mengajak massa terlibat mewujudkan cita-cita bersama sebuah bangsa. Seringkali bahkan propaganda berasal dari masyarakat itu sendiri.
Produk kedua Teater Arsip kali ini adalah upaya estetik untuk menafsirkan kembali
tegangan-tegangan tersebut. Menurut Ketua Komite Teater DKJ, Afrizal Malna, produksi arsip kesenian pada era pendudukan Jepang merupakan investasi sejarah yang hingga kini belum terlalu banyak digali. Generasi masa kini perlu membaca ulang bagaimana seni dalam garis propaganda politik, tidak semata dilihat dalam konstruksi sejarah kolonial. Tetapi juga sebagai investasi masa lalu yang bisa memperkaya kerja penciptaan masa kini yang berbasis arsip dan penelitian.
Maka dari itu, Komite Teater bekerja sama dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) merancang Program Teater Arsip ini sebagai bagian dari berubahnya medan teater yang tidak lagi berorientasi kepada bentuk (realis maupun non-realis), melainkan tentang bagaimana riset atau pengelolaan arsip dilihat bisa menjadi dasar dari produksi teater. Dengan kalimat lain bahwa kegiatan dalam teater tidak hanya berakhir dalam hal pertunjukan, melainkan lebih dari itu.
“Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) sangat mendukung program kesenian yang berbasis riset dalam program Teater Riset Dewan Kesenian Jakarta, dengan tema kuratorial Tiga Setengah Tahun Bekerja ini. Program ini dapat mempertemukan antara arsip, analisa dan estetika,” Ujar Wawan Rusiawan Direktur Riset dan Pengembangan Bekraf.
“Setelah Jepang menjatuhkan pemerintahan Hindia Belanda, 1942, di mana Perang Dunia II sedang berkobar, pada tahun itu juga pemerintahan Jepang mendirikan Sekolah Tonil. Setahun kemudian mendirikan Keimin Bunka Shidosho (Poesat Keboedajaan), dan tahun 1944 mendirikan Perserikan Oesaha Sandiwara Djawa (POSD). Lembaga-lembaga ini yang menggerakkan seluruh bidang kesenian (teater, seni rupa, sastra, film dan musik) sebagai platform yang belum pernah ada sebelumnya,” tambah Wawan. (Rayza)