Ferdinand Minta Presiden Perintahkan Polri dan Jaksa Tangkap Mafia Migas
Senin, 16 Desember 2019, 15:38 WIBBisnisNews.id -- Pengamat energi Ferdinand Hutahaean meminta Presdien Jokowi segera memerintahkan Polri dan Jaksa untuk menangkap dan memproses sesuai hukum yang berlaku terhadap mafia migas. Sudah terlalu banyak kerugian yang ditimbulkan oleh mafia mias, termasuk defisit neraca berjaan akibat impor migas nasional.
"Presiden Jokowi beberapa kali bilang, saya tahu mafia migas itu, saya akan gigit dia. Kalau begitu, mengapa tak ditangkap dan diadili mereka itu," kata Ferdinand pada Indonesia Energy Talk di Jakarta, Senin (16/12/2019).
Menurut dia, Presiden Jokowi tak boleh takut kepada mafia migas. Presiden atau negara mempunyai Polri, Jaksa bahkan TNI dan rakyat yang mendukungnya (Presiden). "Kalau memang benar Presiden Jokowi tahu siapa mafia migas, sekarang waktunya menangkap mereka," jelas Ferdinan lagi.
BBM Khusus yang Diatur
Sementara, anggota Komite BPH Migas Ibnu Fajar mengatakan, defisit negara berjalan khususnya dari sisi impor migas terjadi karena memang konsumsi BBM nasional yang jauh lebih besar dibandingkan produksinya.
"Untuk itu, tak ada pilihan lain bagi Indonesia kecuali impor BBM atau minyak mentah untuk kebutuhan dalam negeri," kata Ibnu lagi.
Menurut Ibnu Fajar, konsumsi BBM Indonesia sekitar 1,6 juta barel per hari. Sementara, produksi minyak nasional hanya sekitar 800 ribu barel per hari. Itupun tidak sema milik kita, karena ada bagian milik Pemerintah. "Paling hanya sekitar 550 ribu barel per hari yang kita hasilkan," jelas Ibnu lagi.
Sementara terkait harga BBM, menurut Ibnu, yang diatur dan dikendalikan Pemerintah hanya BBM khusus atautertentu (premium, solar dan minyak tanah yang belum terkonversi). "Sementara, produk BBM lain seperti Pertalite, Pertamax , Pertamina Dex dan lainnya adalah BBM nonsubsidi dan dijual dengan harga keekonomian," kilah Ibnu.
Jika ingin defisit BBM turun, menurut Ibnu maka produksi migas nasional harus ditambah. Jika hal itu bisa diwujdukan, maka konsumsi BBM dalam negeri perlahan akan bisa dicukupi dengan produksi sendiri dan impor bisa ditekan.(helmi)