Garuda Indonesia Rugi Rp 3,8 T, HIPMI Ingatkan Konsen Pemerintah
Kamis, 10 Agustus 2017, 23:58 WIBBisnisnews.id - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) megingatkan, utang maskapai Garuda Indonesia harus menjadi konsen pemerintah. utang yang membelit serta peningkatan biaya operasional dan pembelian bahan bakar avtur membuat Garuda Indonesia menderita kerugian 283,7 juta dolar AS atau sekitar Rp. 3,8 triliun.
Terhadap masalah yang menimpa Garuda Indonesia itu HIPMI menginginkan solusi yang komprehensif agar ke depannya tidak merugi terus. "Hipmi sebelumnya sudah memberikan early warning kepada Garuda Indonesia karena terus merugi. Ke depannya perlu ada solusi yang komprehensif agar maskapai penerbangan kebanggaan kita ini bisa survive," kata Ketua Bidang Organisasi BPP Hipmi Anggawira di Jakarta, Kamis (10/8/2017).
Menurut Anggawira, kerugian tersebut disinyalir akibat peningkatan biaya operasional dan pembelian bahan bakar avtur. Apalagi, menurut dia, hingga saat ini pihaknya melihat biaya bahan bakar merupakan sumber terbesar biaya operasional dengan persentase di atas 50 persen.
Ongkos operasional penerbangan Garuda Indonesia, disebutkan oleh Anggawira mencapai lebih dari dari Rp. 16 triliun lebih tinggi dari kuartal pertama sebesar Rp. 8 triliun.
“Hingga saat ini kami melihat biaya bahan bakar merupakan sumber terbesar biaya operasional dengan presentase diatas 50% kemudian disusul dengan biaya pembelian pesawat, reparasi, pembayaran asuransi yang semua dihitung menggunakan kurs dollar USD sementara produk jasa penerbangan domestiknya dijual dengan nilai rupiah,” papar Anggawira.
Tingginya ongkos operasional rupanya juga berpengaruh pada hutang Garuda Indonesia yang nilainya cukup besar. Untuk hutang jangka pendek di kuartal kedua total hutang mencapai 1,891 juta dolar AS sedangkan hutang jangka panjang sebesar 1,163 juta dolar AS. Sementara di kuartal sebelumnya tercatat 1,798 juta dolar AS untuk hutang jangka pendek dan 1,174 juta dolar AS untuk hutang jangka panjang.
“Utang yang membelit Garuda Indonesia harus menjadi konsen pemerintah,” imbuh Anggawira.
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mencatat kerugian bersih (net loss) selama semester pertama 2017 sebesar 283,8 juta dolar AS. Di luar non-recurring expense, total kerugian bersih perseroan mencapai 138 juta dolar AS. (Gungde Ariwangsa)