Hadapi Keadaan Darurat, AirNav Ujicoba Sistem ATFM dan A-CDM
Selasa, 12 Februari 2019, 13:20 WIBBisnisnews.id - Pemerintah bersama AirNav Indonesia dan Penyelenggara Bandara akan melakukan trial atau uji coba serta exercise implementasi Air Traffic Flow Management (ATFM) sekaligus menyiapkan exercise implementasi Airport Collaborative Decision Making (A-CDM).
Kegiatan ATFM maupun A-CDM yang juga melibatkan komponen airlines, operator Ground Handling, BMKG dan institusi Militer ini sangat strategis bagi Authority, Airport, AirNav dan Airline dalam menghadapi beragam kondisi darurat. Seperti erupsi gunung api, cuaca buruk dan beragam bencana lainnya yang mengganggu penerbangan.
Kepala Subdirektorat Standarisasi dan Prosedur Navigasi Penerbangan Direktorat Navigasi Penerbangan Mohammad Hasan Bashory, mewakili Dirje Perhubungan Udata Polana B.Pramesti mengatakan, ATFM dan A-CDM sangat penting untuk mengoptimalkan kapasitas ruang udara dan bandara udara guna pengoperasian penerbangan yang lebih efektif dan efisien di Indonesia.
“ATFM dan A-CDM ini penting karena berkaitan dengan efisiensi penerbangan. Sebagai contoh jika suatu bandara terkendala, maka melalui sharing information kendala tersebut dapat dimitigasi lebih awal, kepada pesawat yang akan terbang ke sana. Dengan demikian pesawat tersebut akan bisa melakukan penyesuaian. Karena jika tetap terbang dia akan berpotensi mengalami holding, divert bahkan RTB dan akan terjadi pemborosan bahan bakar" ujar Hasan, Selasa (12/2/2019) di Jakarta
Menurutnya, pengambilan keputusan (decision) terkait diperbolehkan atau tidaknya suatu penerbangan pesawat akan disampaikan melalui sistim yang terintegrasi antar stake holder. Sehingga apabila terjadi pengurangan kapasitas di Ruang Udara maupun di bandara, maka akan diberlakukan Ground Delay Program, yaitu pesawat akan diminta untuk tetap di darat hingga kondisi di bandara tujuan ataupun di ruang udara yangbterkena dampak sudah clear. Dengan demikian perencanaan operasional bagi maskapai juga dapat disusun lebih baik.
Dia mencontohkan, penggunaan Dua ATFM dan A-CDM biasanya digunakan di bandara yang mengalami kendala yang disebabkan oleh cuaca buruk, gunung meletus maupun kegiatan militer.
ATFM dan A-CDM bukanlah hal baru, keduanya pernah dilakukan secara taktikal saat penutupan Bandara Juanda Surabaya dan Bandara Ngurah Rai Denpasar karena dampak erupsi Gunung Agung, G. Ruang, G. Rinjani serta saat pertemuan IMF dan World Bank di Denpasar.
Dengan penerapan sistem ATFM dan A-CDM di Indonesia, maka pengoperasian pesawat dapat direncanakan dengan lebih efektif dan efisien.
Menurut Hasan, exercise ATFM dan A-CDM perlu diformalkan dalam bentuk skenario-skenario terburuk yang mungkin terjadi, serta dijadikan sebagai kegiatan rutin.
Sehingga ketika terjadi kondisi darurat, Authority, Airport, AirNav dan Airline akan lebih siap mengantisipasinya. Dengan demikian keselamatan penerbangan akan lebih terjaga dan efisiensi penerbangan juga lebih terjamin. (Syam S)