Hadiri Pertemuan Bank Dunia, Menkeu Ingin Komitmen Lawan Proteksionisme
Senin, 17 April 2017, 19:27 WIBBisnisnews.id - Pemerintah berharap serangkaian pertemuan gabungan berkala mendatang yang diselenggarakan oleh Kelompok Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) akan menjadi tolak ukur terhadap kecenderungan meningkatnya proteksionisme yang mengancam perdagangan global.
Dijadwalkan untuk menghadiri Pertemuan Bank Dunia-IMF Spring, 17-23 April di Washington DC, Amerika Serikat (AS), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pertemuan mendatang penting karena pemimpin diharapkan untuk mencapai kesimpulan kuat atas ketidakpastian global.
"Ada kesan bahwa para menteri keuangan tidak mencapai kesepakatan tentang masalah proteksionisme dari pertemuan G-20 sebelumnya di Baden-Baden, Jerman," katanya dalam konferensi pers, Senin.
Dikutip dari Jakarta Post, "Kali ini, kami ingin memastikan komitmen kuat untuk bekerja sama dalam kebijakan ekonomi melawan proteksionisme dan mengelola perkembangan kami secara adil.”
Sri Mulyani, yang juga Ketua Forum Komite Pembangunan, mengatakan para pemimpin juga diperkirakan akan membahas isu-isu penting di negara berkembang, seperti harga lemah komoditas, serta kemiskinan dan ketidaksetaraan.
Sri Mulyani juga dijadwalkan bertemu pebisnis yang terlibat dalam US-Indonesia Society (USINDO) untuk membahas pembaruan ekonomi Indonesia. Dewan ini didirikan pada bulan Oktober 2015 oleh Presiden Joko Widodo dan mantan presiden AS, Barrack Obama.
Sebagai latar belakang, AS telah menyerukan penyelidikan atas ketidakseimbangan perdagangan antara AS dan 16 negara, termasuk Indonesia.
Trump telah berjanji untuk menindak kecurangan importir asing dengan menandatangani 2 perintah eksekutif pada hari Jumat. Dia memberi 90 hari bagi pemerintahannya untuk mengembangkan dan menerapkan strategi memerangi pelanggaran hukum perdagangan dan kepabeanan AS.
Indonesia berada di posisi ke-15 dalam daftar, dengan 13 miliar dolar surplus perdagangan di AS, diikuti oleh Kanada dengan 11 miliar dolar surplus. China berada di urutan pertama dengan surplus 347 miliar dolar disusul Jepang, Jerman, Meksiko, Irlandia, Vietnam, Italia, Korea Selatan, Malaysia, India, Thailand, Perancis, Swiss dan Taiwan. (Marloft)