Harga Avtur Selalu Jadi Kambing Hitam Tiket Pesawat
Minggu, 23 Februari 2020, 19:42 WIBBisnisNews.id -- Harga avtur PT Pertamina terkesan selalu dijadikan kambing hitam penyebab mahalnya harga tiket penerbangan dalam negeri. Bahkan selalu dibandingkan dengan harga avtur di Singapura. Ini tidak adil dan semua berfikir adil dan jernih.
Padahal, data yang ada, harga avtur Pertamina lebih rendah dari harga jual Singapura dan harga di beberapa negara Asean lainnya.
“Penyuaraan harga avtur Pertamina yang dibilang lebih mahal itu sepertinya ada maksud terselubung yang bisa saja untuk tujuan “mengkerdilkan” bisnis avtur BUMN Pertamina,” kata Sofyano Zakaria, Direktur Eksekutif Pusat Studi Kebijakan Publik (Pusekepi) di Jakarta.
Dia mengambil contoh harga avtur Singapura pada Januari 2020 yang mencapai Rp10.692,39 per liter sedangkan di Cengkareng hanya Rp9.088,72.
“Bahkan harga avtur di Singapura pada Februari 2020 sebesar Rp 10.452,65 sedangkan di Cengkareng hanya Rp 8.680,61. Nah kok Harga avtur Pertamina selalu dibilang mahal dari Singapura. ini aneh,” kata Sofyano lagi.
Oleh karena itu, Sofyano Zakaria menyayangkan pihak maskapai nasional yang selalu menjadi kambing hitam harga avtur Pertamina. Dia sebagai penyebab mahalnya harga tiket penerbangan dalam negeri.
Padahal, menurut Sofyano, famta di lapangan banyak hal mempengaruhi harga tiket pesawat terbang. Avtur itu hanya sebagai salah satu komponen harga tiket. "Sementara, harga avtur Pertamina sudah dijual dengan harga lebih rendah dari negara lain," kilah Sofyano.
Harga Aftur di Cengkareng
Terkait bedanya harga jual avtur Pertamina di Cengkareng Jakarta dengan beberapa daerah, menurut Puskepi, itu hal yang wajar. Karena ini terkait dengan besarnya volume penjualan dan ongkos angkut. “Dan seharusnya ini dipahami oleh pihak airlines,” jelas Sofyano.
Sayangnya, papar dia, masalah ini terkesan selalu dijadikan bahan untuk disuarakan yang bisa bertujuan membuat publik memaklumi kalau tiket penerbangan pantas mahal.
“Yang pasti, bisnis avtur Pertamina tentu akan terus diincar oleh pihak swasta lain, dan ini wajar-wajar saja. Asal jangan sampai nanti yang diincar hanya pada bandara-bandara besar dan “basah” saja,” pungkasnya.(helmi)