INASGOC Terapkan Sistem Paralel Dalam Pencairan Anggaran
Kamis, 28 September 2017, 17:48 WIBBisnisnews.id – Panjangnya birokrasi dalam mencairkan anggaran negara untuk Asian Games XVIII/ 2017 menyebabkan pembayaran akomodasi, transportasi, konsumsi sering tersendat, bahkan bisa berdampak pada prestasi atlet.
Menghadapi Asian Games 2018 Jakarta-Palembang yang menjadi multievent terbesar kedua setelah Olynpiade, dan menjadi nomer satu terbesar di benua Asia. Indonesia harus sangat serius dalam pengerjaannya. Ajang tersebut juga menjadi sebuah pembuktian bahwa bangsa Indonesia sangat mampu menjadi tuan rumah yang telah dipercaya oleh rakyat Asia.
Asian Games 2018 yang menggunakan anggaran kas negara hingga Rp 3,5 triliun dari jumlah total kebutuhan sebesar Rp 4,5 triliun, membuat INASGOC sebagai panitia penyelenggara Asian Games 2018, memiliki tanggung jawab besar dalam mensukseskan baik itu pada acara maupun secara administrasi.
“Kita sudah memilki uangnya, namun kita masih belum dapat menggunakannya begitu saja karena masih ada aturan administrasi yang harus diselesaikan lebih dulu,” ujar Eris Herryanto Sekjen INASGOC , saat ditemui di Wisma Serbaguna, Senayan, (27/9/2017)
Heri menjelaskan bahwa dana yang telah dikeluarkan oleh INASGOC hingga minggu kemarin baru mencapai pada angka Rp 100 miliar. Sedangkan alokasi dana untuk tahun 2017 sebesar Rp 2 triliun. “Dengan demikian dalam tahun ini masih Rp 1,9 triliun lagi yang belum dikeluarkan,” terang Eris.
Dalam hal pembayaran kepada vendor, INASGOC tidak melakukan langsung, melainkan oleh Kantor Pelayanan Pengurusan Piutang Negara (KP3N) selaku bendahara negara. Sistem pembayarannya tidak dilakukan secara cash melainkan dengan sistem transfer.
“KP3N akan mengeluarkan pembayaran apabila data administrasinya telah dilengkapi,” tutur Erirs Heryanto
Eris Heryanto yang purnawirawan Perwira Tinggi TNI-AU itu mengatakan, “Untuk saat ini kami telah memiliki cara efektif dalam memperpendek rantai panjang birokrasi tersebut yaitu dengan sistem paralel, karena bila kita masih menggunakan sistem kerja seperti sebelumnya, dipastikan tidak akan cukup waktu, ditambah lagi dengan banyaknya kegiatan.
“Hal tersebut kita lakukan secara pararel namun bila memungkinkan untuk melakukan tender terbuka, ya kami akan membukanya. Tujuan dari tender terbuka adalah untuk mendapatkan kualitas terbaik dan harga yang bersaing,” kata Eris Heriyanto.
Tetapi, karena sering mengalami waktu yang mepet, sehingga INASGOC mendapat fasilitas untuk melakukan penunjukan langsung. “Namun kamu tidak ingin menggunakan fasilitas tersebut dengan semena-mena. Untuk menerapkan sistem penunjukan langsung, harus ada alasan yang dapat dipertanggungjawabkan,” tutup mantan Sekjen Kemhan RI. (Rayza Nirwan)