Indonesia Berpeluang Jadi Produsen BBN Dunia
Rabu, 10 Juli 2019, 11:20 WIBBisnisnews.id --United States Department of Agriculture (USDA) mencatat, semenjak tahun 2015 Indonesia merupakan negara penghasil terbesar kelapa sawit dengan presentase 54% dari produksi dunia, yakni sekitar 32 juta metrik ton per tahun, diikuti oleh Malaysia. Indonesia dan Malaysia mengusai market share kelapa sawit dunia sebesar 84%.
Indonesia ke depan berpotensi menjadi produsen Bahan Bakar Nabati (BBN) potensial dengan menjadikan minyak sawit sebagai campuran BBM jenis solar menjadi biodiesel. Oleh karenanya, pemanfaatan kelapa sawit sebagai sumber BBN bisa semakin massif digalakkan di Tanah Air.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah me-launching Road Test Penggunaan Bahan Bakar B30 (campuran biodiesel 30% pada bahan bakar solar) pada kendaraan bermesin diesel. Sementara penggunaan B30 ini akan mulai diimplementasikan untuk transportasi pada 2020.
Kebijakan mandatori biodiesel (B10 dan B20) yang telah dicanangkan Pemerintah sejak Agustus 2015 terbukti sangat bermanfaat. "Kebijakan ini telah berhasil menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 13,6 juta ton CO2e, meningkatkan demand terhadap CPO."
"Selanjutnya, penggunaan biodiesesl dari sawit sebesar 9,12 juta KL. Pajak yang dibayarkan kepada negara Rp2,47 trilliun dan penghematan devisa akibat tidak perlu import solar hingga Rp51,5 trilliun," kata Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Kementerian ESDM Muhammad Rizwi Jinalisaf Hisjam di Jakarta.
Secara rinci Rizwi menyebut dalam pengimplementasian B20 justru memberikan manfaat dari sisi performa kendaraan. "Manfaat dari B20 secara bahan bakar performanya lebih bagus. Secara kelemahan, nilai kalorinya dari BBN ini lebih rendah dari BBM, tapi secara performance bahan bakar lebih bagus. Secara umum, benefitnya lebih banyak", ungkap Rizwi.
Road Test B30 40 Ribu Km
Setelah sukses dengan BBN B20, Pemerintah juga sangat serius mengembangkan B30. Riswi menyampaikan, baru-baru ini ini Pemerintah melaunching road test B30 dengan memberangkatkan 3 unit truk dan 8 unit kendaraan penumpang berbahan bakar B30 yang masing-masing akan menempuh jarak 40 ribu dan 50 ribu kilometer. Hal ini sebagai bagian promosi ke masyarakat bahwa B30 memiliki performa yang baik dan ramah lingkungan.
"Kantas kenapa kita mau mengembangkan terus B30 hingga ke B100? B100 ini kedepannya bukan artinya seluruhnya B100 dari BBN, tapi bahan bakunya menjadi bahan baku refinery. Jadi solar dicampurnya langsung di bahan bakunya. B20, B30 itu campuran 2 produk akhir yaitu FAME dicampur BBM Solar. Kalau B100 bahan bakunya yang dicampur dengan crude oil di proses di refinery, dan sudah ada campuran BBN disitu," papar Rizwi.
Sementara, Muhammad Ferrian, Kepala Pengembangan Biodisel BPDP Kelapa Sawit (KS) menambahkan proses pemanfaatan CPO untuk biodiesel ini cukup mudah dan bahan baku melimpah di Indonesia. "CPO dari bahan baku kelapa sawit, Bahan Bakar Nabatinya itu bahan bakunya CPO kemudian diproses lebih lanjut (transeksterifikasi) menjadi komponen Faty Acid Metil Ester (FAME).
"FAME ini punya sulfurnya sangat rendah, bahkan tidak ada. Padahal kalau menghilangkan sulfur di minyak bumi perlu proses teknologi yang tinggi. Kalau BBN sulfurnya bisa dikatakan 0%, sehingga lebih ramah lingkungan," pungkas Ferrian.(Helmi)