Indonesia Butuh Investasi Rp600 Triliun Untuk Bangun Kilang Dan Petrochemical
Sabtu, 22 Februari 2020, 08:34 WIBBisnisNews.id -- Ketua Komisi VII DPR Sugeng Suprawoto mengatakan, Indonesia saat ini masih harus impor migas baik produk BBM atau minyak mentah (crude). Pasalnya, konsumsi BBM migas nasional lebih besar dibandingkan produksinya.
"Implikasinyya, Indonesia tak bisa menghindari impor migas untuk konsumsi dalam negeri. Produksi minyak Indonesia sekitar 900 ribu barel per hari. Sementara, konsumsinya mencapai 1,3 juta barel per hari," kata Sugeng usai launching dan beda buku "Arah Bisnis Energi" karya Dr. Ibrahim Hasyim di Jakarta, Jumat (21/2/2020) petang.
Di sisi lain, aku politisi Nasdem itu, kapasitas produksi kilang dalam negeri juga masih kecil dibandingkan konsumsinya. "Saat ini, kapasitas kilang nasional baru sekitar 740 ribu barel per hari. Dalam kondisi tersebut, maka impor BBM dan crude pun harus dilakukan Indonesia," Sugeng lagi.
Jika ingin aman dan sekarang sedang dilakukan PT Pertamina dan Pemerintah, menurut Sugeng adaahh dengan meningkatkan kapasitas produksi kilang, seperti Kilang Cilacap, Balongan, Balikpapan dan lainnya.
"Sayang, untuk membangun semua itu, BUMN Migas itu belum sepenuhnya mampu menyiapkan dananya. Itulah sebabnya, kita dorong investasi swasta baik lokal atau asing ke Indonesia termasuk membangun kilang," kilah Sugeng.
Butuh Rp600 Triliun
Untuk membangun kilang sampai kapasitas 2 juta barel per hari, dibutuhkan investasi baru sampai Rp600 triliun. "Kebutuhan investasi itulah yang diharapkan bisa dipenuhi swasta, termasuk upaya menggaet Saudi Aramco dan lainnya untuk membangun kilang dan memasok crude-nya," papar Sugeng.
Untuk tujuan itu, menurut wartawan Media Indonesia Group itu, Komisi VII DPR mendorong Pemerintah/ Pertamina dan swasta untuk investasi di Indonesia, baik membangun kilang atau petro chemical industri turunanya.
"Jika hanya membangun kilang, maka ratenya kecil. Sebagai solusinya, maka membangun kilang harus disinergikan dengan petrochemical kompleks. Jadi, mereka investasi kilang sekaligus membangun industri petrochemical di satu kawasan," sebut Sugeng.
"Dengan membangun kawasan industri terpadu baik kilang BBM, petrochemical industri maka scale of economic-nya akan lebih baik. Para investor pun makin berairah masuk ke Indonesia," tandas Sugeng.(helmi)