Indonesia Menjadi Negara Pertama di Dunia Yang Memiliki Bagan Pemisah Alur Laut
Selasa, 22 Januari 2019, 17:24 WIBBisnisnews.id - Indonesia diyakini menjadi negara pertama di dunia yang memiliki bagan pemisahan alur laut atau Traffic Separation Scheme (TSS) di Selat Sunda dan Selat Lombok yang disahkan IMO dan berada di dalam ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) I dan ALKI II.
Pembahasan serius terkait TSS ini dilakukan melalui Experts Working Group on Ship Routeing yang dilaksanakan pada Senin (21/1/2019) di Markas Besar IMO London.
Selanjutnya, proposal Indonesia terkait TSS di Selat Sunda dan Selat Lombok tersebut akan dilaporkan ke Plenary dalam Sidang Sub Committee on Navigation, Communications and Search and Rescue (NCSR) ke-6 di Markas Besar International Maritime Organization (IMO) London, Inggris pada hari Jumat mendatang (25/1/2019).
Penetapan TSS di selat Sunda dan Selat Lombok diperlukan untuk menjamin keselamatan pelayaran di selat yang menjadi Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) dan cukup ramai lalu lintasnya tersebut.
Dengan adanya TSS di Selat Sunda dan Selat Lombok menunjukan komitmen Pemerintah Indonesia untuk memastikan bahwa wilayah perairan di Indonesia aman.
Direktur Kenavigasian Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, Basar Antonius mengatakan bahwa nantinya sidang Plenary IMO NCSR ke-6 akan merekomendasikan proposal TSS Selat Sunda dan Selat Lombok untuk diadopsi dalam Sidang IMO Maritime Safety Committee (MSC) ke-101 bulan Juni 2019 mendatang.
Basar menjelaskan bahwa perjuangan delegasi Indonesia untuk mempertahankan proposal TSS di Selat Sunda dan Selat Lombok perlu diapresiasi mengingat tidak sedikit dari delegasi negara anggota IMO yang hadir dalam Experts Group dimaksud yang memberikan masukan, koreksi dan saran terhadap kedua proposal TSS tersebut.
Basar menambahkan bahwa keberhasilan mempertahankan proposal TSS Indonesia tersebut juga dipengaruhi oleh strategi Indonesia yang melakukan pendekatan dan lobi untuk mendapatkan dukungan negara anggota IMO dengan mensponsori coffee Break dan menampilkan video feature TSS di sela sidang NCSR ke-6 serta melakukan pertemuan informal dengan negara anggota IMO.
"Dalam Experts Group on Ship Routeing, kedua proposal TSS Indonesia dibahas secara bergiliran dimulai dari TSS di Selat Sunda yang dilanjutkan dengan TSS di Selat Lombok. Ini merupakan prestasi bagi Indonesia karena mampu mengawal dan mempertahankan kedua proposal TSS tersebut di Experts Group dalam 1 hari," ujar Basar.
Basar mengatakan bahwa keberhasilan Indonesia untuk mempertahankan proposal TSS di kedua Selat tersebut mendapatkan pujian dari negara anggota IMO yang hadir dalam Experts Group serta dijadikan contoh bagi negara-negara lain dalam mengajukan proposal TSS di negaranya ke IMO.
Dalam kesempatan tersebut, Basar menyampaikan terima kasih atas kerja keras delegasi Indonesia, khususnya Asisten Deputi Bidang Navigasi dan Keselamatan Maritim Kemenkomar, Odo Manuhutu, Kepala Distrik Navigasi Kelas I Dumai, Raymond Sianturi, Kepala Dinas Hukum TNI AL, Kresno Buntoro dan Kepala Dinas Nautika Pushidros, Dyan Primana sehingga proposal TSS Indonesia tersebut dapat diterima dalam Experts Group on Ship Routeing.
Basar juga menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas dukungan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di London juga Atase Perhubungan RI di London, Basarnas, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya dan Pusat Unggulan IPTEK Keselamatan Kapal dan Instalansi Laut serta jajaran Ditjen Perhubungan Laut khususnya Direktorat Kenavigasian, Bagian Hukum dan KSLN serta Humas Ditjen Perhubungan Laut. (Syam S)