Inilah Catatan Terburuk Selama Liburan Nataru
Senin, 06 Januari 2020, 20:59 WIBBisnisNews.id – Kasus kecelakaan bus Sriwijaya rute Bengkulu - Palembang di jurang Tikungan Lematang Indah, Pelang Kenidai, Dempo Tengah, Kota Pagaralam, Sumatera Selatan, Senin (23/12/2019) yang menewaskan 35 orang menjadi catatan paling buruk selama liburan Natal 2019 dan Tahun Baru 2020 (Nataru)
Hasil evakuasi, hanya 13 orang yang selamat. Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Budi Setiyadi mengatakan, ini adalah catatan terburuk sepanjang pelaksanaan Nataru.
Catatan buruk berikutnya adalah masalah banjir di Tol Japek Km 24, Km 19, dan Tol Cipali Km 136.
Baca Juga
Untuk Tol Japek, Ditjen Perhubungan Darat telah melakukan rapat koordinasi dan peninjauan lapangan bersama stakeholder terkait. Antara lain PT Jasa Marga Cabang Jakarta Cikampek 2, PT Waskita Proyek Cibitung Cilincing, PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), PT Wika Proyek KCIC, dan Sinohydro Corporation Limited Proyek KCIC.
" Menteri Perhubungan meminta kepada saya, harus ada full effort terhadap kecelakaan bus tersebut,” ungkap Dirjen Budi, Senin (6/1/2020) pada penutupan Posko Monitoring Angkutan Nataru 2019/2020 di Kementerian Perhubungan.
Rapat koordinasi telah dilakukan pada Jumat sore (3/1/2020) di Kantor Operasional Jasa Marga Cabang Tol Japek.
“Banyak yang tadinya saluran air, kemudian terhambat oleh jalan kerja (proyek),” ungkapnya. “Tadinya saluran air bagus, tapi kemudian ditutup untuk mobilisasi alat berat, material, dan sebagainya,” jelasnya.
Dirjen Budi kembali menjelaskan bahwa usai rapat koordinasi telah disepakati pembagian tugas masing-masing pihak, siapa melakukan apa, sehingga ke depan tidak ada lagi permasalahan banjir di Tol Japek.
Menurutnya ada beberapa hal yang perlu dibenahi, pertama menyangkut infrastrukturnya, berikutnya adalah meningkatkan aspek keselamatan dari angkutan bus. Sebagai tindak lanjut nanti akan ada rapat koordinasi lebih lanjut dengan pihak-pihak terkait untuk melakukan perubahan, treatment, rekayasa di Turunan Lematang.
Khususnya di Tol Cipali Km 36, sudah dirapatkan antara Kementerian Perhubungan dengan Kepolisian, Pemkab Indramayu, dan Kehutanan, untuk mencari jalan keluarnya.
Saat ini sedang dilakukan pendalaman oleh Polres Indramayu dan Pemda Indramayu, sekitar 10 km dari hulu itu ada penambangan galian C. Kemudian ada penyempitan sungai antara hulu dan hilir, sehingga butuh normalisasi dan pengangkatan sedimentasi.
Hal ini akan dilakukan oleh Kementerian PUPR melalui Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung sepanjang 500 meter ke arah hulu dan 500 meter ke hilir.
“Mudah-mudahan ini menjadi pembelajaran, kemarin kita juga melakukan pengecekan pada 13 gorong-gorong yang melintas Tol Cipali untuk dilakukan audit juga terkait potensi terjadinya kejadian serupa,” ujarnya.
Berikutnya menyangkut kondisi cuaca ekstrim yang terjadi akhir-akhir ini, Dirjen Budi mengatakan, “Dua hari yang lalu saya minta kepada penyeberangan di beberapa daerah untuk di hold dulu, manakala cuaca buruk, seperti kemarin di Karimunjawa – Semarang,” ungkapnya.
Menurutnya hal ini dilakukan semata-mata demi keselamatan penyeberangan itu sendiri. Dirinya juga meminta para Kepala Balai Pengelola Transportasi Darat yang di wilayahnya terdapat transportasi, sungai, danau, dan penyeberangan, bersama syahbandar setempat untuk berani menunda keberangkatan kapal apabila terjadi cuaca buruk yang ekstrim.
“Satu hal lagi yang menjadi catatan saya adalah tentang angkutan penyeberangan di wilayah Nusa Tenggara Timur,” kata Dirjen Budi.
Menurutnya angkutan penyeberangan di wilayah NTT terdapat kecenderungan, dimana jumlah penumpang pejalan kaki lebih banyak daripada kendaraan, bahkan ada satu kapal penyeberangan yang mengangkut penumpang semua, tidak ada satu pun kendaraan yang diangkut.
“Kita akan antisipasi untuk tahun-tahun ke depan, yang mungkin akan merubah pola atau skema, dengan memberikan banyak pelayanan kapal penyeberangan, terutama pada wilayah yang mayoritas merayakan natal,” tuturnya. (Syam S)