Iran Tetap Memegang Komitmen Kesepakatan Meski AS Keluar
Rabu, 09 Mei 2018, 07:30 WIBBisnisnews.id - Presiden Iran, Hassan Rouhani mengatakan pemerintahannya tidak peduli dengan keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menarik diri dari perjanjian tahun 2015 yang dirancang untuk mencegah Teheran memiliki kemampuan membangun senjata nuklir.
Pemerintah Iran, ungkap Presiden Hassan Rouhani tetap memegang
kesepakatan nuklir multinasional. Dengan keluar dari kesepakatan, Amerika dinilai telah meremehkan komitmennya pada sebuah perjanjian internasional.
Dalam pidato yang disiarkan televisi pada Selasa waktu setempat Hassan Rouhani menegaskan, " jika kita mencapai tujuan-tujuan kesepakatan itu dalam kerja sama dengan para anggota lainnya di perjanjian itu, kita akan pegang teguh ".
Kantor Berita Reuters melaporkan, Presisen Rouhani telah memerintahkan Kementerian Luar Negeri melakukan perundingan dengan negara-negara Eropa, China dan Rusia dalam minggu-minggu mendatang.
"Jika pada akhirnya dalam masa singkat ini kita menyimpulkan bahwa kita bisa memetik keuntungan penuh dari JCPOA dalam kerja sama dengan semua negara, (kita akan tetap mengikuti) kesepakatan," tambahnya.
Rencana Aksi Komprehensif Bersama (The Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA) adalah nama yang dibuat untuk kesepakatan nuklir yang dicapai 2015 antara Iran, lima anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa yang terdiri atas Amerika Serikat, Rusia, China Inggris dan Prancis, serta Jerman.
Berdasarkan kesepakatan, Iran harus mengekang kegiatan nuklirnya sebagai imbalan atas pencabutan sebagian besar sanksi yang dikenakan pada negara itu.
Rouhani menambahkan bahwa Iran siap melanjutkan kegiatan nuklirnya setelah berkonsultasi dengan kekuatan-kekuatan dunia lainnya yang terlibat dalam perjanjian tersebut.
Keputusan Trump menarik diri dari kesepakatan itu disambut baik sekutu-sekutu utama Washington di Timur Tengah, yaitu Israel dan Arab Saudi, yang keduanya merupakan musuh Iran. Trump mengatakan ia akan kembali menerapkan sanksi terhadap Iran segera.
Keputusannya itu telah menyebabkan tekanan terhadap sekutu-sekutunya di Eropa, yang merupakan pendukung utama kesepakatan dan enggan bergabung dengan Amerika Serikat untuk menjalankan kembali sanksi-sanksi terhadap Iran. (Ari)