Israel Menolak Penyelidikan Pertumpahan Darah di Gaza
Senin, 02 April 2018, 11:35 WIB
Bisnisnews.id - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Antonio Guterres memgatakan perlunya dilakukan penyelidikan independen terkait pertumpahan darah
di jalur Gaza.
Namun pihak Israel tetap menolak melakukan itu. Pejabat Israel mengatakan, mereka yang tewas sebagian besar adalah anggota Hamas yang masuk daftar hitam terorisme Israel.
Hamas memanfaatkan siruasi kekacauan, dimana ribuan demkbsgran menuntut kembali ke kampung halamannya.
Terkait Jumat berdarah di Gaza, Hamas dan Israel saling klaim. Hamas mengatakan lima orang yang tewas adalah anggota dari sayap bersenjata mereka. Sementara itu, Israel memyebutkan delapan dari 15 korban tewas adalah anggota Hamas
Tuntutan agar dilakukannya penyelidikan juga disampaikan
kepala badan luar negeri Uni Eropa, Federica Mogherini, Amnesti Internasional, dan partai oposisi sayap kiri di Israel Meretz.
"Tentara Israel melakukan apa yang harus mereka lakukan. Saya justru berpendapat tentara kami layak mendapatkan penghargaan," kata Lieberman kepada stasiun radio militer Israel.
"Sementara itu, soal pembentukan komisi penyelidikan, tidak akan ada hal tersebut."
Seperti diberitakan sebelumnya, puluhan ribu warga Palestina berkumpul pada Jumat di sepanjang pagar pembatas antara Gaza dan Israel.
Mereka mendirikan tenda-tenda dan berencana untuk menggelar demonstrasi selama enam pekan berturut-turut untuk menuntut kembalinya pengungsi Palestina dan keturunannya di wilayah Israel.
Sebagian di antara mereka tidak mengindahkan seruan dari pemimpin demonstran untuk menjauh dari pagar pembatas.
Pihak militer mengatakan bahwa beberapa di antara korban, telah menembakkan senjata api ke arah tentara Israel, menggelindingkan ban roda yang terbakar, dan melempar batu serta bom molotov ke arah perbatasan.
"Penggunaan amunisi mematikan harus menjadi bagian dari investigasi yang independen dan transparan," kata Mogherini, dalam pernyataan tertulisnya Sabtu (31/3/2018)
Ditegaskan, meski Israel punya hak untuk melindungi daerah perbatasan mereka, penggunakan kekerasan harus selalu proporsional.
Demonstrasi di perbatasan Gaza rencananya akan mencapai puncak pada 15 Mei 2018, saat warga Palestina memeringati hari Nakba terkait saat ratusan ribu orang terusir dari rumahnya pada 1948, bertepatan dengan terbentuknya negara Israel.
Israel sudah sejak lama menolak hak para pengungsi itu untuk kembali karena khawatir akan kehilangan status mayoritas mereka sebagai negara Yahudi.
Pada Sabtu (31/3), tentara Israel kembali menggunakan senjata api dan peluru karet sehingga melukai 70 pengunjuk rasa Palestina di sekitar perbatasan. Sejumlah saksi mengatakan, para demonstran itu sempat melemparkan batu ke arah tentara. (Syam S)
Sumber: Antaranews.