Kabupaten Asmat Pelopori Gunakan Kendaraan Listrik Bagi Warganya
Kamis, 12 September 2019, 10:39 WIBBisnisNews.id -- Selama ini Asmat, Prov. Papua dikenal sebagai daerah rawan penyakit malaria. Kini daerah itu sudah jauh berkembang, termasuk dilayani kapal Tol Laut yang digalakkan Pemerintahan Jokowi-JK saat ini.
Agats, ibukota Kabupaten Asmat Papua merupakan daerah yang mengawali pemakaian kendaraan bermotor listrik untuk mobilitas warganya. Keberadaannya sudah didukung dengan regulasi, yakni Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati.
Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum, Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Usaha dan Peraturan Bupati Nomor 24 Tahun 2017 tentang Angkutan Darat dan Sungai. Pendapatan dari hasil retribusi yang diterapkan hampir mencapai satu miliar rupiah per tahunnya.
Regulasi itu sudah mengatur, seperti retribusi kendaraan bermotor listrik yang disewakan sebesar Rp500 ribu per tahun, retribusi kendaran bermotor listrik pribadi Rp150 ribu per tahun, sewa lahan buat ojek Rp1 juta per tahun. Setiap kendaraan tidak ada plat tanda nomor kendaraan bermotor. Yang ada plat retribusi parkir berlangganan motor listrik, berwarna hitam dan kuning untuk membedakan kendaraan pribadi atau sewa.
Data Dinas Perhubungan Kabupaten Asmat, hingga November 2018 tercatat 3.154 kendaraan listrik. Terbanyak sepeda motor listrik 3.067 unit. Terdapat 22 pangkalan ojek sepeda listrik.
Di samping itu, memang lebar jalan hanya 4 meter, sehingga tidak memungkinkan mengggunakan mobil sebagai sarana transportasi, kecuali dalam hal tertentu. Konstruksi jalan di Kota Agats berupa konstruksi jalan beton (pile slab), karena daerahnya merupakan daerah rawa. Awalnya menggunakan konstruksi kayu dan sebagian masih tersisa.
Daerah yang sudah dapat mengoperasikan kendaraan bermotor listrik, seperti Asmat ini, ada baiknya pemerintah pusat memberikan apresiasi berupa bantuan khusus dalam hal pengembangan kendaraan bermotor listrik. Supaya dapat mendorong daerah lain dapat melakukan hal yang sama.
*Djoko Setijowarno, Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata Semarang