Kasus Over Weight Lifter Pelatnas Dievaluasi
Senin, 11 September 2017, 22:31 WIBBisnisnews.id - Dua kali kecolongan kasus over weight lifter top Indonesia, Satuan Pelaksana Program Indonesia baru bertindak. Evaluasi akan segera dilakukan.
Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) akan mengevaluasi kasus over weight (kelebihan berat badan) yang terjadi pada lifter pelatnas SEA Games XXIX/2017 dan Asian Games 2018 di bawah komando pelatih asing Avenas Pandoo. Bukan hanya peraih perak Olimpiade Rio de Janeiro 2016, Eko Yuli Irawan, tapi M Hasbi juga mengalaminya.
Bedanya Eko bisa tampil di SEA Games XXIX/2017 tapi gagal mempertahankan medali emas dan hanya meraih perak. Tetapi, nasib M Hasbi lebih miris. Meski berulangkali masuk sauna, dia tetap tidak bisa tampil di kelas 69kg karena over weight pada Universiade di Taipeh, 18-30 Agustus 2017.
"Kita akan melakukan evaluasi karena asus over weight ini sudah berulangkali terjadi. Saat 10 hari menjelang Olimpiade Rio de Janeiro 2016, Eko yang diproyeksikan di kelas 62kg memiliki berat badan 68kg. Jadi, dia over weight 6kg. Begitu juga saat di SEA Games XXIX Malaysia 2017, dia over weight 3kg. Soal over weight yang dialami Eko di Rio de Janeiro, kita sudah pernah koordinasikan dengan Avenas Pandoo dan Manajer Tim Angkat Besi Alamsyah tapi tetap saja terulang," kata Direktur Program Kepelatihan Performa Tinggi Lomba 1 Satlak Prima, Hadi Wihardja.
Menurut Hadi, penurunan berat badan lifter yang akan bertanding sebesar 2-3kg memang biasa dilakukan. Tetapi, sebagai elit atlet yabg tergabung dalam Prima hal itu tidak perlu terjadi. "Selaku elit atlet disiplin akan berat badan akan mencerminkan hasil yang lebih baik. Dan, jangan lupa faktor usia mempengaruhi performance," katanya.
Yang ideal, kata Hadi, dalam latihan atau satu bulan sebelum hari pertandingan berat badan lifter harus tdk lebih lima persen dari kelas yang diikutinya dan terus turun pada hari menuju kelas yang dituju.
"Contohnya, lifter yang akan bertanding di kelas 48kg maka dalam latihan lifter tersebut maksimal berat badannya 50.4kg. Sebelum menuju hari H diturunkan hingga 48kg. Namun jika ini dilanggar maka hukum 5 persen akan menggerus Prestasi Best performance," tegasnya.
Kasus over weight Hasbi juga diakui
Pelatih Tim Angkat Besi Indonesia, Sodikin yang dihubungi Jumat (8/9/2017) malam. "Ya, Hasbi yang akan diterjunkan di kelas 69kg mengalami over weight. Akibatnya, dia terkena diskualifikasi," katanya.
Menurut Sodikin yang juga mantan lifter nasional, Hasbi mengalami over weight sejak ditemuinya di tempat penginapan atlet pelatnas Hotel Santika Jakarta, 17 Agustus 2017 sore.
"Saat briefing, kita tanyakan kondisi semua lifter sampai dengan berat badannya. Hasbi mengaku berat badannya 72kg dan menyebut akan turun di kelas 69kg. Jadi, dia over weight 3kg," katanya.
Melihat kondisi tersebut, Sodikin meminta Hasbi menjalani sauna selama 30 menit di hotel dan berat badannya turun 71kg.Saat tiba di Taipeh 17 Agustus 2017 malam, kata Sodikin, berat badan Hasbi kembali naik menjadi 72kg padahal makannya sudah dibatasi saat berada di atas pesawat.
"Paginya, Hasbi menjalani latihan dan sauna di tempat pertandingan yang jaraknya hampir 2 jam dari village. Tapi, berat badannya hanya turun 71,5kg," katanya.
Meski sudah menjalani sauna berulangkali, jelas Sodikin, berat badan Hasbi tetap masih belum juga masuk 69kg. Pada hari pertandingan 21 Agustus 2017, berat badan Hasbi masih 70,2kg.
"Karena masih ada waktu 1,5 jam sebelum timbang badan, kita menyuruh Hasbi kembali sauna didampingi pelatih Sunarto selama 30 menit. Hasilnya, berat badan Hasbi yang sudah menyerah tetap 70,2kg. Begitu juga saat kembali menjalani sauna selama 20 menit lagi," tandasnya.
Saat timbang badan, kata Sodikin, Hasbi tetap over weight. Beratnya 69,88kg. "Hasbi langsung menyerah meski sempat diberikan waktu 1 jam lagi untuk menurunkan berat badan. Jadi, dia terkena kualifikasi," ujarnya. (Gungde Ariwangsa)