Kemacetan Di Priok, Pelaku Usaha Alami Kerugian
Senin, 01 Agustus 2016, 12:29 WIBBisnisnews.id-Dampak kemacetan oanjang di Pelabuhan Tanjung Priok sejak Sabtu-Minggu (31 Juli -1 Agustus) sejumlah pelaku usaha ruhi. Barang kirimannya mengalami keterlambatan akibat kemacetan yang berkepanjangan di akhir pekan.
Kerugian bukan hanha dialami perusahaan anhkutan gaoi juga batang. Ketua Assosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Gemilang Tarigan mengatakan, waktu yang dihabiskan untuk mengambil barabg di termknal cujup lama. Belum lagi soal bahan bakar yang dilakai sudah melebihi kkndisi normal.
Menurutnya kejadian serupa sering terulang, hatusnya PT Pelindo II mengantisipasi. " rugi waktu dan tenaga belum lagi bahan bakar yang dipakai," jelasnya.
Keluhan serupa juga dialami para pelaku usaha anggota Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI). Sebagian barang mengalami penundaan pengiriman fan ini hatus ditanggung para importir.
Sekjen DPP GINSI Achmad Ridwan Tento berhtap, agat periyiwa serupa tidak terulang harusnya ada antisipasi dari Pelindo II untuk menata kembali jalur truk ayau gate yang kekuae masuk di terminal 3.
Para pemilik batang tetap mendesak manajemen Pekindo II menyelesaikan masalah ini jangan sampai terus berkepanjangan. Katena dampaknya bukan hanya pemilik barang yang rugi tapi juga penhelola pelabuhan.
Keresaham kepafatan dibterminal 3 ini sudah menhkhawatirkan. Kalau penyebabnya katena oersainhan bisnis antat termknal hatusnya afa langkah-langkah serius.
Ketua Umum INSA Carmelita Hartoto mengatakan, kepadatan arus peti kemas ini kemungkinan akibat persaingan usaha dan ini biasa terjadi. Mungkin ada satu pengelola terminal peti kemas memberikan tarif dan layanan yang bagus sehingga pemiliki peti kemas senang menggunakan jasa mereka.
" Untuk ini kami mengharapkan para pengelola peti kemas meningkatkan pelayanan, bukan hanya memberikan tarif yang lebih murah namun juga memberikan pelayanan yang cepat, tepat dan memuaskan," kata Carmelita.
Saat ini di pelabuhan Priok terdapat empat fasilitas terminal peti kemas ekspor impor yang dikelolaJakarta International Container Terminal (JICT), TPK Koja, Mustika Alam Lestari (MAL) dan Terminal 3 Tanjung Priok. Namun,terdapat perbedaan tarif penanganan petikemas di Terminal 3 Tanjung Priok dan tiga terminal lainnya yaitu JICT, TPK Koja dan MAL.
Adapun besaran tarif terminal handling charges (THC) di Terminal 3 sebesar US$ 95 dollar per kontainer. Dari jumlah itu, sebesar US$ 73 adalah biaya container handling charges (CHC) yang dibebankan oleh pengelola terminal dan sisanya atau US$ 22 merupakan surcharges pelayaran.
Sedangkan jika di JICT,TPK Koja dan MAL dengan THC US$ 95/peti kemas ukuran 20 feet, pelayaran hanya menikmati surcharges US$ 12/bok dan selebihnya atau US$ 83 merupakan CHC yang diperoleh pengelola terminal peti kemas.
: Dan dengan terjadi perbedaan tarif antara satu pengelola peti kemas kami melihat masih ada peluang agar THC untuk diturunkan. Hal ini agar bisa menekan biaya logistik sekaligus menarik minat pelanggan," katanya.
Seperti diketahui, sejak Sabtu (30/7) pagi hingga Minggu (31/7) ini ratusan truk pengangkut peti kemas ekspor impor terlihat mengular sehingga menyebabkan kemacetan di dalam pelabuhan tersibuk di Indonesia itu yang berpotensi kongesti. Kondisi semakin diparah karena gate in dan gate out di Terminal 3 Priok hanya disiapkan masing-masing satu gate.
Perhatian Kemenhub
Carmelita juga meyakini bahwa kepadatan arus barang peti kemas di pelabuhan Priok akan dapat perhatian dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub), selaku regulator yang bertanggungjawab di bidang transportasi, khususnya laut.
" Kami melihat dibawah kepemimpinan Pak Budi Karya Sumadi, Kemenhub dapat membantu menyelesaikan masalah ini. Kami melihat beliau mau mendengarkan masukan dunia usaha dan berkomitmen memperbaik kebijakan yang menyulitkan dunia usaha," katanya.