Kinerja Dua Maskapai Alami Penurunan
Jumat, 28 Juli 2017, 00:13 WIBBisnisnews.id - Maskapai penerbangan Singapore Airlines (SIA) melaporkan penurunan laba bersih 8,6 persen untuk kuartal pertama tahun buku 2017-18 dibandingkan tahun lalu, katanya dalam rilis berita pada hari Kamis (27/7/2017). Sedangkan maskapai penerbangan Uni Emirat Arab, Etihad mengatakan pada hari yang sama bahwa pihaknya mengalami penurunan 1,87 miliar dolar pada tahun 2016.
Pendapatan untuk periode tiga bulan mencapai 235 juta Sing dolar, turun 22 juta Sing dollar dari tahun lalu. Penurunan tersebut disebabkan tidak adanya keuntungan dari SIA Engineering tahun lalu.
Laba operasi grup naik 88 juta Sing dollar, atau 45,6 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, kata operator maskapai tersebut.
Kelompok SIA terdiri dari Singapore Airlines, SilkAir, Budget Aviation Holdings, SIA Cargo dan SIA Engineering.
Laba operasi SilkAir adalah 7 juta Sing dolar untuk kuartal terakhir, turun 20 juta Sing dolar dibandingkan periode yang sama tahun lalu, kata SIA karena perluasan operasi menyebabkan biaya operasi lebih tinggi.
Budget Aviation Holdings, perusahaan induk Scoot and Tiger Airways membukukan laba usaha sebesar 3 juta Sing dolar, mengalami penurunan 6 juta Sing dolar dari periode yang sama tahun lalu. Dikatakan bahwa peningkatan belanja didukung oleh pertumbuhan kapasitas, serta imbal hasil yang lebih rendah memberikan kontribusi terhadap penurunan tersebut.
"Prospek bisnis untuk industri penerbangan tetap menantang, karena iklim ekonomi global dan masalah geopolitik yang tidak menentu, ditambah dengan kelebihan kapasitas di pasar utama kami, terus mengurangi hasil kinerja," katanya.
Dengan integrasi Scoot-Tigerair, SIA menambahkan bahwa akan ada lebih banyak peluang ekspansi untuk segmen kelompok berbiaya rendah.
Sedangkan maskapai penerbangan Uni Emirat Arab, Etihad mengatakan pada hari Kamis (27/7/2017) bahwa pihaknya mengalami penurunan 1,87 miliar dolar pada tahun 2016, dengan alasan yaitu sekali penurunan nilai dan kerugian nilai lindung bahan bakar.
Kerugian maskapai penerbangan yang berbasis di Abu Dhabi terjadi pada masa-masa sulit karena krisis diplomatik dimana Qatar meningkatkan rute udara regional dan larangan perjalanan administrasi Trump ke enam negara Muslim yang mayoritas juga merugikan bisnis mereka.
Kerugian Etihad juga terjadi saat mengevaluasi kembali rencana bisnisnya pada bulan Januari. CEO sebelumnya James Hogan secara agresif mengambil alih saham di maskapai penerbangan dari Eropa ke Australia.
Etihad mengatakan bahwa kerugian tersebut termasuk biaya 1,06 miliar dolar untuk pesawat yang bernilai pasar lebih rendah dan biaya 808 juta dolar untuk aset dan eksposur keuangan terhadap mitra ekuitas, terutama terkait dengan Alitalia dan Air Berlin. Etihad juga menyalahkan perlambatan pasar kargo dan biaya lindung nilai bahan bakar untuk kerugian.
Etihad memiliki lebih dari 110 destinasi penumpang dan kargo di seluruh dunia dan menerbangkan lebih dari 120 pesawat Airbus dan Boeing. (marloft)