Larangan Elektronik AS Pukul Bisnis Maskapai Teluk
Kamis, 23 Maret 2017, 17:04 WIBBisnisnews.id - Maskapai teluk akan kehilangan bisnis yang signifikan menyusul keputusan AS yang melarang perangkat elektronik besar di bagasi kabin.
Langkah ini memukul keras kelas premium serta wisatawan yang berlibur ke AS menggunakan maskapai teluk, kata para analis.
Larangan itu akan mempengaruhi sekitar 350 penerbangan berjadwal maskapai teluk dalam seminggu, setara dengan sekitar 2 persen dari total penerbangan internasional ke AS, kata seorang juru bicara Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA).
Operator Timur Tengah memang telah memperluas tujuan penerbangan ke AS selama beberapa tahun terakhir. Emirates sendiri terbang ke 12 kota, termasuk Boston, Chicago, Dallas, Houston, Los Angeles dan New York, sementara Etihad terbang ke enam kota.
"Kami terus memantau dampak bisnis dari langkah keamanan ini," kata CEO Emirates, Tim Clark. "Industri penerbangan tidak asing dengan protokol keamanan baru dan sebagai pemain global, kita harus menyesuaikan diri dengan situasi yang tidak terduga. Emirates optimis akan melewati ini."
Emirates akan mengerahkan staf tambahan di Bandara Internasional Dubai selama beberapa hari pertama semenjak larangan AS mulai berlaku, untuk membantu penumpang mematuhi keputusan itu," tambahnya.
"Kami sedang mengerjakan solusi yang memungkinkan penumpang untuk memanfaatkan perangkat elektronik mereka hingga saat-saat terakhir, sebelum mereka menyerahkan laptop atau tablet kepada kami dalam penerbangan ke AS," katanya. "Perangkat ini akan disimpan di kargo dan dikembalikan ke penumpang saat mendarat di AS."
Beberapa agen perjalanan di Dubai telah menerima beberapa pertanyaan dari klien mereka terkait larangan tersebut.
"Kami sudah mendapat respon negatif dan itu akan menurunkan minat perjalanan perusahaan ke AS dari Timu Tengah karena hanya beberapa orang yang bersedia menempatkan gadget mereka di bagasi," ujar juru bicara dari Akbar Travels Dubai.
"Untuk para wisatawan juga, hanya beberapa yang mau menempatkan kamera mahal di bagasi, takut mungkin akan hilang atau dirampok."
Larangan AS berlaku untuk penerbangan langsung dari Yordania, Mesir, Turki, Arab Saudi, Qatar, Kuwait, Maroko dan UEA, berlaku sejak Sabtu kemarin sampai 14 Oktober 2017.
"Saya pikir operator Teluk akan menderita kerugian yang signifikan atas larangan ini karena mayoritas penerbangan mereka nonstop," kata Geoffrey Thomas, analisis AirlineRatings.com.
"Penumpang melihat rute alternatif di luar Timur Tengah, atau bahkan mungkin tidak jadi bepergian," kata Peter Morris, kepala ekonom Ascend di London.
Larangan elektronik memungkinkan munculnya hub lain di luar AS dan Inggris, yang juga menerapkan larangan yang sama.
"Salah satu kemungkinan penerbangan bisa jadi melalui Shannon di Irlandia," kata Thomas.
Menurut pemberitaan The National Business, telah terjadi 116.700 perjalanan dari UEA ke AS tahun lalu dan diperkirakan akan meningkat menjadi 120.400 perjalanan tahun ini.
Pertumbuhan di 2017 melambat 3 persen dibandingkan dengan 4 persen pada 2016 karena ketidakpastian perjalanan, menurut perusahaan riset Euromonitor International. (marloft)