Maskapai Penerbangan Nasional Terpuruk, Inilah Penyebabnya
Selasa, 15 Januari 2019, 23:04 WIBBisnisnews.id - Kenaikan harga avtur dan terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS menjadi penyebab utama terjerembabnya maskapai nasional.
Ketua Indonesia National Air Carriers Association (INACA) I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra mengatakan, dalam dua tahun terakhir ini (2016 -2017) terjadi kenaikan harga avtur cujup signifikan dan ini juga yang menyebabkan maskapai mengalami kesulitan. Padahal komponen tertinggi biaya operasional pesawat adalah avtur, yaitu 40 - 48 persen.
" Kondisi seperti ini dihadapi maskapai nasional. Tiketnyanyang kami jual du bawah Batas Atas karena terlalu mahaln uga gak ada yang beli," kata Askhara dalam diskusi seputar kenaikan tarif pesawat, Selasa (15/1/2019) di Jakarta.
Sedangkan tarif tiket pesawat tidak sampai menyentuh angka batas atas sesuai regulaai yang telah ditetapkan pemerintah. Harga tertinggi pada musim liburan hanya 90 persen dari tarif batas atas dan itu hanya terjadinoada saat liburan oanjang seperti Hari Raya Lebaran, Natal dan Tahun Baru.
Pada tahun 2017 harga avtur masih berada pada kisaran 55,1 sen dolar AS dan tahun 2018 menjadi rata-rata 65,4 sen dolar AS atau naik sebesar 19 persen.
Direktur Utama PT Citilink Indonesia Juliandra mengatakan setiap kenaikan avtur 1 sen dolar AS per liter mengakibatkan kenaikan biaya pembelian avtur sebesar 47 dolar AS
Tekanan itu ditambah dengan merosotnya nilai tukar rupaih Terhadap dolar AS. Juliandra mencontohkan, misalnya setiap kali rupiah mengalami pelemahan Rp 100 maka biaya yang harus ditanggung Citilink sebesar 3,7 juta dolar AS
Contoh lain yang digambarkan ialah,
Pada tahun 2018 ketika depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS meroket ditambah beban biaya lainnya, Citilink harus menanggung beban sekitar 102 juta dolar AS.
Dengan kondisi seperti itu, menurut
pengamat penerbangan Alvin Lie, wajar kinerja keuangan maskapai penerbangan terpuruk.
Pada saat liburan Natal dan Tahun Baru maskapai menjual tiket lebih tinggi, juga dianggapnya wajar meskipun masyarakat belum siap menerimanya. Karena kenaikannya dilakukan mendadak dan kompak oleh seluruh maskapai penerbangan.
"Harusnya dilakukan bertahap, sehingga masyarakt tidak kaget " kata Alvin.
Tahun ini kata Alvin jumlah penumpang pesawat.secara nasional juga menurun. Pada periode Natal 2018 dan Tahun Naru 2019 sebagaimana dilaporkan Ditjen Perhubungan Udara jumlah penumpang mengalami penurunan sebesar 9,75 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2017.
Bahkan di enam bandara yang dipantau seperti bandara Soekarno Hatta Jakarta, Juanda Surabaya, I Gusti Ngurah Rai Bali, Kualanamu Medan, Sultan Hasanuddin Makasar dan dengan penurunan 13,14 persen. (Syam S)