Menelisik Biang Kerok Kemacetan Super Horror Tg Priok, Kerugian Ratusan Miliar, Trucking dan Pabrikan Menuntut
Jumat, 18 April 2025, 14:33 WIB
BISNISNEWS.id - Macet di kawasan Tanjung Priok selama dua hari (16 - 17 April 2025) berdampak luas terhadap distribusi logistik dengan total kerugian trucking sekitar Rp120 miliar, pabrikan puluhan miliar, belum lagi dampak kerugian lingkungan akibat polusi udara dan kendaraan pribadi yang terjebak kemacetan.
Dari sisi trucking, asumsi kerugian itu dihitung berdasarkan jumlah truk yang beroperasi selama dua hari sekitar 4.000 unit yang masing-masing truk harus kehilangan pendapatan minimal 1,5 juta per trip.
Sumber Bisnisnews.id menyebutkan, biangkerok kekacauan di kawasan Tanjung Priok yang berimbas ke Jakarta Timur, Jakarta Pusat serta sebagian di kawasan penyanggah Bekasi adalah New Priok Container Terminal One (NPCT1).
Pada Rabu 16 April 2025, pelayanan di NPCT1 mengalami kelebihan kapasitas, dari maksimum 1.500 - 2000 unit truk namun yang datang sebanyak 4.000 unit atau melebihi 100 persen sehingga terjadi overload pada pelayanan receiving dan delivery (R/D)
Masalahnya adalah, pihak NPCT1 tidak melakukan tindakan lebih dini untuk mengantisipasi, berupa pembatasan izin truk masuk, akibatnya seluruh truk berbondong-bondong masuk ke pelabuhan.
Padahal, secara kasat mata pihak NPCT1, harusnya sudah tahu, kapasitas maksimum pelayanan, dan bisa langsung menyebarkan bongkar dan muat barang ke terminal-terminal yang ada di sekitar pelabuhan Tanjung Priok, seperti Jakarta International Container Terminal (JICT), TPK Koja, Terminal Mustika Alam Lestari (MAL/NPH) sehingga tidak terjadi krodet yang berujung stagnan di jalan-jalan umum.
Antrian pun tidak bisa dihindari sehingga terjadi stagnan di dalam pelabuhan yang berimbas mengulernya antrian truk ke jalan-jalan utama yang berdampak luas pada kemacetan lalu lintas ke Jalan Yos Soedarso, kawasan Kelapa Gading, Marunda, Cilincing fan kawasan sekitarnya.
Kemacetan super horor tersebut tidak mampu diatasi dan terus berlanjut hingga Kamis 17 April 2025 dan dampaknya juga masih dirasakan
Pada Jumat dini hari 18 April 2025.
Selain angkutan barang yang terganggu, ribuan kendaraan angkutan umum dan pribadi juga ikut terjebak kemacetan yang super horor tersebut, belum lagi kerugian lingkungan akibat polusi udara yang bersumber dari kendaraan.
Dari sisi industri, kemacetan tersebut juga berdampak buruk terhadap rutinitas pabrikan. Ketua Dewan Pimpinan Daerah Assosiasi Logistik & Forwarder Indonesia (ALFI) DKI Jakarta, Adil Karim mengakui, stopline produk impor manufactur tidak bisa dihindari.
Hal itu lebih diakibatkan ketiadaan stok bahan baku untuk diproduksi, akibat terjebak oleh kemacetan super horor. Dampak kerugian bagi pelaku industri jauh lebih besar dari yang dialami trucking.
Belum lagi adanya finalty karena barang impor tidak masuk tepat waktu sesuai perjanjian. " Ini bukan kemacetan biasa, tapi sangat luar biasa buruknya, karena yang dirugikan bukan hanya pengusaha angkutan barang, pelaku industri tapi juga angkutan penumpang umum, kendaraan pribadi dan lingkungan," papat Adil.
Kata Adil, jangan main-main dengan rantai pasok, karena dampaknya sangat luas. " Kerugian lingkungan adalah, polusi udara yang dahsyat dari ribuan kendaraan yang terjebak macet di jalan, mungkin kalau dihtung secara matrial, kerugiannya bisa lebih besar lagi dari trucking, pabrikan, pelaku industri lainnya yang terdampak," jelasnya.
Simpul kemacetan dari NPCT1, meluas ke depo-depo petikemas empty, terutama depo yang berada di kawasan Marunda, Cilincing dan Cakung. Depo-depo ini juga berkontribusi terjadinya kemacetan.
Mengacu pada kondisi krodet yang sangat merugikan pengusaha trucking dan industri terkait, pengusaha trucking yang juga Ketua Umum Assosiasi Pengusaha Truk Indonesia (APTRINDO) Gemilang Tarigan mengusulkan, agar krodet arus lalu lintas busa cepat diatasi, idealnya seluruh depo masukin ke dalam pelabuhan, agar aktivitas dan distribusi barang lebih cepat dan lancar.
Diakui, ada sebagian pihak meragukan usulan tersebut karena lahan di dalam Pelabuhan Tanjung Priok sudah sangat terbatas. " Lakukan dahulu, buat penataan sedemikian rupa, seperti dilakukan banyak negara lain," kata Tarigan. Dia mencontohkan seperti di Hong Kong, depo di dalam pelabuhan, kontainer ditumpuk hingga 17 unit dan sangat efektif mengirit tempat
" Sekarang kan sudah terjadi, kami rugi, sopir kami dibuat sengsara, pendapatan kandas, dan kalau tidak segera dibenahi, bakal terulang," jelasnya.
Saat ini para pengusaha trucking sedang menghitung angka kerugian, berdasarkan jumlah truk yang beroperasi dan terjebak dalam neraka kemacetan 16 -17 April 2025.
Soal permintaan maaf yang telah disampaikan pihak manajemen PT Pelindo, menurut para pelaku usaha, jangan hanya sebatas minta maaf tapi mencari solusi agar peristiwa serupa tidak terulang.
Ketua DPD APTRINDO DKI Jakarta, Dharmawan Witanto mengakui adanya kerugian itu. " Kalau dihitung dari anggota kami yang beroperasi, cumup besar. Kalau yidak ada kemacetan kami bisa dua rit, tapi karena macet tidak ada pendapatan yang kamu peroleh," jelasnya.
Dijelaskan, sekarang ini sedang dilakukan perghitungan secara menyeluruh, berdasarkan dokumen pengambilan dan pengiriman barang dari trucking.
" Kami sadar, kejadian seperti ini tidak diinginkan semua pihak, termasuk juga NPCT1, tapi faktanya ini terjadi, kami rugi," jelas Dharmawan.
Hasil perhitungan, ungkap Dharnawan, akan diketahui, besaran kerugian yang harus kami tanggung. " Semuanya, termasuk kerugian, akan kami sampaikan kepada pihak NPCT. Karena anggita kami menuntut, agar ada kompensasi atas peristiwa itu," jelasnya.
Rencananya, pengurus DPD APTRINDO akan mendatangi NPCT1 pada Senin 21 April 2025, untuk menyampaikan hasil perhitungan. " Kesepakatan kami dengan anggota, Senin kami akan melakukan pertemuan dengan pihak NPCT1," jelasnya
Minta Maaf
Executive General Manager Pelindo Regional 2 Tanjung Priok, Adi Sugiri pada Kamis 17 April 2025 menyampaikan permohonan maaf secara terbuka kepada seluruh masyarakat, mitra dan stakeholder yang terimbas akibat kemacetan yang terjadi.
Dijelaskan, padatnya aktivitas bongkar muat ini dikarenakan ritme proses receiving delivery di terminal yang dilakukan secara bersamaan paska pembatasan serta mengejar sebelum libur bersama yang jatuh pada hari Jumat 18 - Munggu 20 Aril 2025.
“Kami terus berupaya menjaga kelancaran operasional dan memastikan layanan kepada pelanggan tetap berjalan secara optimal meskipun terjadi peningkatan volume logistik dan juga kami tidak berhenti untuk berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk membantu kelancaran pada titik-titik kemacetan di Pelabuhan Tanjung Priok,” tegas Adi.
Executive General Manager Pelindo Regional 2 Tanjung Priok bersama Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Utama Pelabuhan Tanjung Priok, Kapolres Jakarta Utara, Kapolres Pelabuhan serta terminal-terminal di lingkungan pelabuhan melakukan penanganan untuk mengurai kemacetan.
Salah satu upaya yang dilakukan diantaranya memaksimalkan area–area buffer dan lapangan yang bisa dijadikan kantong parkir dan melakukan pengalihan lalu lintas truk ke dalam gate pos 9.
Upaya lain yang dilakukan Pelindo, ialah memberikan minuman dan makanan agar mencegah supir–supir truk mengalami kelelahan, kehausan dan kelaparan.
Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Utama Pelabuhan Tanjung Priok, Takwim Masuku menyampaikan bahwa koordinasi terus dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan kemacetan yang terjadi, dipastikan tidak ada sistem yang bermasalah di Terminal Petikemas dan kami meminta untuk para operator terminal melakukan percepatan dalam pelayanan receiving delivery dan memaksimalkan buffer–buffer yang tersedia.
“Kami juga menyampaikan terima kasih atas support dari kepolisian yang sangat cepat membantu proses mengurai kemacetan yang terjadi di Pelabuhan Tanjung Priok. Diharapkan ke depan terminal juga dapat mengatur jumlah gate pass harian untuk receiving delivery sehingga tidak terjadi lonjakan yang sangat signifikan,” ujar Takwim.
Pada kesempatan yang sama, Kapolres Pelabuhan, AKBP. Martuasah Tobing, menjelaskan bahwa jajarannya telah melakukan koordinasi dengan Polres Jakarta Utara dan melakukan upaya optimal untuk mengurai kemacetan bersama dengan Port Facility Security Officer (PFSO) Pelabuhan serta melakukan pengalihan dan rekayasa lalu lintas.
“Kami juga memastikan keamanan kepada para supir truk bahwa di dalam pelabuhan tidak ada premanisme dan pungli. Segera laporkan jika masih terdapat pungli,” pungkas Martuasah. (Syam)