Menelisik Keluhan Miris ABK dan Nakhoda Pada Hari Pelaut se-Dunia
Jumat, 28 Juni 2019, 20:22 WIBBisnisnews.id – Minimnya kesejahteraan dan belum idealnya gaji serta rendahnya pelayanan kapal di pelabuhan masih menjadi keluhan para ABK dan Nakhoda kapal merah putih dibandingkan rekan-rekan seprofesinya di kapal-kapal asing .
Resiko besar para pelaut di kapal merah putih ini sangat tidak seimbang dengan pendapatan yang mereka terima sebagai profesi bergengsi seorang pelaut. Soal pelayanan kapal di pelabuhan, juga masih menyisakan sederet masalah. dimana kapal merah putih seperti anak tiri di negeri sendiri.
Nyatanya, keluhan lambannya pelayanan kapal di pelabuhan, sebut saja di Tanjung Priok tidak terjadii pada kapal asing. Harapan kedepan para Nakhoda, minimal sama pelayanannya karena sama-sama bayar.
Ungkapan miris itu disampaikan para nakhoda dan ABK kepada Kepala Kantor Kesyahbandaran Utama Tanjung Priok, Amirudin saat melakukan kunjungan ke kapal KM Bahari Indonesia, KM Camara Nusantara, KM Tanto Nusantara dan MV Berte Selmer, di Pelabuhan Tanjung Priok, Jumat (28/6/2019)
Kunjungan ke kapal-kapal ini merupakan bagian dari peringatan Hari Pelaut se Dunia atau Seafarer Day yang dirayakan setiap 25 Juni setiap tahunnya. Sebagai anggota Dewan Council International Maritime Organization (IMO) kategori C, pemerintah Indonesia melalui Ditjen Perhubungan Laut Kemenhub melaksanakan kegiatan tersebut yang dipusatkan di Pelabuhan Tanjung Priok.
"Dari mereka, para ABK dan Nakhoda kami banyak mendapatkan masukan, bukan hanya sebatas soal keluhan kesejahteraan para pelaut tapi juga keselamatan pelayaran," kata Amirudin.
Baca Juga
Kepala Kantor Kesyahbandaan Utama Tanjung Priok Amirudin, usai dialog dengan nakhoda dan ABK kapal KM Bahari Indonesia GT 1587 tujuan Kupang saat sedang sandar di tanjung Priok untuk melakukan muat. Jumat (28/6/2019) (Foto:BN/Syam S)
Diakui, banyak hal yang harus dibenahi pada tatanan operasional kapal di pelabuhan. Bukan hanya soal alur layar tapi juga pengembangan infrastruktur pelabuhan, terutama soal pintu masuk dan keluar kapal ke kolam dermaga pelabuhan yang masih rawan kecelakaan .
Kenyataan ini terjadi bukan hanya di pelabuhan kecil tapi di Pelabuhan Utama seperti Tanjung Priok, oleh sejumlah Nakhoda dikatakan belum standar. Idealnya untuk keluar dan masuk kapal pada pintu berbeda sehingga potensi senggolan kapal bisa dihindari dan pelayanan bisa lebih cepat tidak harus menunggu.
Di Pelabuhan Tanjung Priok pintu masuk dan keluar yang lebarnya 300 meter, bagi kapal kecil sudah cukup. Tapi kapal-kapal besar, harus ekstra hati-hati karena rawan senggolan.
Keluhan lain yang disampaikan Nakhoda adalah, pelayanan kapal pandu kurang maksimal. Setiap kali dilaporkan ke operatoro pandu, waktu yang dibutuhkan bisa satu jam lebih padahal kapal harus cepat sandar.
"Semua keluhan Nakhoda maupun ABK adalah temuan dan masukan kepada kami untuk segera kami koordinasikan dengan pihak terkait," kata Amirudin.
Pada sisi lain Amirudin menekankan, masukan dari tiga kapten kapal menjadi bahan pertimbangan, terutama soal perbaikan layanan dan kesejahteraan.
Kalau kesejahteraan, lanjut Amirudin, tergantung perusahaan pelayarannya meraih kuota muatan yang dilayani. Karena itu, dia berharap para pemilik barang untuk menggunakan kapal-kapal nasional.
"Ada ABK kapal gajinya rendah sekali dibandingkan rekan seprofesinya yang bekerja di perusahaan pelayaran lain. Saya maklumi, karena pelayaran bisa memberikan kesejahteraan tergantung juga pada besarnya kuota barang yang diangkut. Kalau yang diangkut sedikit, masukan yang juga kecil, gaji juga pas-pasan," tuturnya.
Kepada para Nakhoda dan ABK, Amirundin memberikan semangat, untuk terus bekerja, karena beban perusahaan pelayaran juga tinggi. Dia mencontohkan, untuk satu unit kapal GT 27.227 yang dioperasikan KM Tanto Nusantara rute Jakarta - Belawan dengan jumlah kru 20 orang, biaya operasi bisa Rp 1 miliar per bulan.
Sedangkan dalam satu bulan, kapal sebesar itu, hanya beroperasi mengangkut barang 10 - 15 hari, selebihnya nganggur. " Masih bersyukur, perusahaan pelayaram bisa membiayai kapal dan gaji karyawan, padahal pendapatan minim" jelasnya.
Nakhoda KM Tanto Nusantara Capt. Yuswar Nazar mengakui belum maksimalnya pelayanan pandu kapal di Pelabuhan Tanjung Priok berpotensi biaya tinggi. Sebab idealnya kapal harus cepat bergerak dan semakin lama di pelabuhan atau luar kolam, akan makin tinggi beban operasional yang harus dikeluarkan perusahaan pelayaran.
" Kalau kami ditanya soal pelayanan, sata katakan belum maksimal, seringkali kami harus menunggu lama pelayanan pandu. Harapan kami, ini harus diperbaiki," tuturnya.
Keluhan yang lebih miris lagi disampaikan para ABK dan kru kapal jenis Ro-Ro KM.Bahari Indonesia GT 2826 rute Tanjung Priok Sampit. Gaji yang mereka terima kecil sekali bagi seorang pelaut yang bertaruh nyawa di tengah hempasan ombak dan kondisi cuaca yang kadang kurang bersahabat.
"Yah ini faktanya, tapi mereka enjoy bekerja. Bahkan kadang antara ANT yang sama gaji berbeda, " tuturnya.
Usai dialog dengan nakhoda kapal MV. Birte Selmer berbendera Marshall Island yang singgah di Pelabuhan Tanjung Priok Jumat (28/6/2019) pada peringatan hari Pelaut se Dunia. Dalam dialog itu , nakhoda mengaku pelabuhan Tanjung Priok memberikan pelayanan cukup baik. Ini berbeda dengan keluhan yang disampaikan kapal-kapal merah putih. (Foto:BN/Syam S)
Kesetaraan Gender
Pada peringatan hari Pelaut se Dunia, Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Laut juga mengisinya denga memberikan apresiasi terhadap jasa para pelaut sekaligus mendorong kesetaraan gender kaum perempuan untuk berperan sebagai pelaut yang andal sesuai tema Hari Pelaut Sedunia tahun 2019 yakni “I Am On Board With Gender Equality”.
“Momentum Hari Pelaut Sedunia ini juga memberikan peluang besar bagi perempuan untuk menunjukan peran dan kontribusi yang telah mereka berikan dalam berbagai karir dan profesi maritim, khususnya pelaut,” ujar Amiruddin.
Menurutnya, dunia maritim harus didorong untuk mengedepankan peranan perempuan dalam jajaran profesional profesi pelaut sehingga kesetaraan dan pemberdayaan perempuan dalam komunitas maritim akan tercapai.
“Sebagai negara kepulauan memiliki jumlah pelaut yang terbesar di dunia, sudah sepatutnya kita menghargai dan menghormati jasa para pelaut Indonesia dalam mendukung perekonomian dunia khususnya Indonesia," kata Amiruddin.
Selain itu, peringatan Hari Pelaut Sedunia sebagai bentuk apresiasi terhadap para pelaut yang telah berkorban baik waktu dan tenaga untuk memastikan perpindahan orang, pengiriman barang dan komoditas di dunia berjalan dengan lancar, aman dan selamat sampai tujuan.
Sumbangsih para pelaut dunia, termasuk pelaut Indonesia sangat besar terhadap perekonomian dunia. Saat ini hampir 90 persen barang-barang yang ada di dunia dibawa dengan menggunakan moda transportasi laut. Karenanya, pelaut memiliki peran yang sangat penting dan strategis sebagai penggerak kelancaran perekonomian nasional dan dunia. (Syam S)