Menelisik Suksesnya ASDP Mendongkrak Kinerja Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi
Senin, 17 Juli 2023, 15:03 WIBBISNISNEWS.id - Moda transportasi berbasis air, khususnya penyeberangan antar pulau di Indonesia menjadi salah satu simbol perekat kebhinekaan Indonesia, yang meliputi ribuan pulau, suku, adat istiadat dan agama.
Peranan penyeberangan, seperti kapal penyeberangan penumpang jenis Ro-Ro atau Roll-on/Roll-off yang sekarang ini berkembang dan populer di masyarakat menjadi sangat strategis dalam mempererat hubungan sesama anak bangsa kendati terpisahkan oleh selat dan pulau.
Akan sulit dibayangkan, bila sarana dan prasarana Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) tidak tersedia, tentu saja akan berpotensi terjadinya keretakan dan permusuhan sesama anak bangsa dalam satu gugus kepulauan.
Baca Juga
Lintasan penyeberangan sebagai perekat antar suku di Indonesia, kini jumlahnya terus tumbuh dan berkembang. Berdasarkan data Direktorat Transportasi, Sungai, Danau dan Penyeberangan (TSDP) Ditjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sebanyak 357 lintasan angkutan penyeberangan.
Dari jumlah lintasan itu, terdiri dari 80 lintasan komersial, 274 lintasan perintis dan tiga Long Distance Ferry (LDF).
Gerakan Perubahan
Namun yang menjadi catatan penting adalah, keberanian PT ASDP Indonesia Ferry selaku operator kapal dan pelabuhan penyeberangan dalam memutus mata rantai percaloan yang sudah mengakar.
Selain itu, suksesnya perseroan dalam menutup kebocoran yang selama bertahun-tahun merongrong kinerja keuangan perusahaan, dengan satu gebrakan Transformasi Teknologi.
Program transformasi ini patut diapresiasi dan didukung semua pihak, karena keberanian dari top manajemen dalam melawan kebiasaan buruk yang sudah mengakar bertahun-tahun tersebut, bukan saja menyelamatkan keuangan perusahaan tapi juga melindungi masyarakat pengguna jasa.
Program e-procurement dan electronic-office yang dicanangkan 2017, menjadi tonggak sejarah perubahan di perusahaan pelat merah itu (ASDP), kendati saat itu para direksi harus berhadapan dengan para kurcaci-kurcaci jahat yang selama ini menjadi parasit perusahaan .
Lumpuhnya parasit itu terjadi, ketika manajemen menerapkan sistem pelayanan digital secara penuh, menutup pelayanan off line, dan membuka pelayanan online .
"Biarkan anjing menggonggong, kafilah terus berlalu," mungkin pepatah kuno ini yang menjadi pegangan para direksi saat menerapkan sistem pelayanan digital ini. Dibuly, bahkan ancaman, tetap tidak dipedulikan.
Transformasi teknologi pada pelayanan digital, seperti e-procurement dan electronic-office dimekarkan pada sistem pelayanan tiketing yang menggeser pembelian tunai atau off line sekaligus memutus mata rantai percaloan.
Dimana tiket kapal penyeberangan sudah dapat dipesan secara online oleh masyarakat calon penumpang dari jauh hari.
Masyarakat calon penumpang secara tidak langsung teredukasi, terhadap perencanaan perjalanan yang lebih baik, terutama dalam menghadapi liburan panjang mudik Lebaran, Natal dan Tahun Baru serta liburan panjang lainnya.
Sampai akhirnya masyarakat calon penumpang dimanjakan dengan sistem pelayanan digital melalui aplikasi layanan Ferizy. Sistem digital yang dikembangkan ini, sudah menyerupai sistem pelayanan moda transportasi udara.
Aplikasi Ferizy yang secara resmi diluncurkan Mei 2020, pada lintasan utama super sibuk, seperti Merak - Bakauheuni, sangat sejalan dengan kondisi saat itu, dimana Indonesia tengah menghadapi hantaman badai pandemi Covid-19.
Melalui sistem Aplikasi Ferizy, calon penumpang bisa melakukan transaksi pemesanan tiket penyeberangan dari genggaman tangannya (phonsel). Pembayaran tiket juga dapat dilakukan melalui transfer, e-wallet, dan gerai ritel.
Melalui aplikasi Ferizy, masyarakat pengguna jasa dapat membeli tiket di mana saja dan mengatur waktu keberangkatan sesuai jadwal. ASDP selaku operator pelabuhan dapat mengantisipasi terjadinya lonjakan, karena berdasarkan data transaksi digital sudah bisa diketahui jumlah penumpang kapal yang akan berangkat.
Mengacu data digital itulah ASDP dapat melakukan penyesuaian, misalnya soal kapasitas pelabuhan atau port capacity management menjadi lebih terkendali, serta data penumpang untuk keperluan asuransi dapat tercatat dengan lebih baik.
Lebih dimanjakan lagi, sistem pembayarannya pun dapat dilakukan melalui berbagai metode multi payment gateway. Sistem ini benar-benar mengajak masyarakat pengguna jasa, khususnya penumpang, dapat merasakan kenyamanan dalam setiap melakukan perjalanan.
Selangkah lagi, pelabuhan penyeberangan dan Ferry yang dikelola ASDP, bukan sekadar sarana dan prasarana kendaraan , orang dan barang menyeberang, tapi menjadi destinasi wisata yang menyenangkan dan sensasional.
Kenapa itu bisa terjadi........? Karena secara infrastruktur sudah sangat mendukung, dimana masyarakat pengguna jasa yang akan melakukan perjalanan, bukan sekadar lewat dengan moda penyeberangan tapi menikmati keindahan alam sejak masuk ke kawasan pelabuhan , masuk kapal hingga sampai ke pelabuhan tujuan.
Transformasi teknologi ini juga dikembangkan pada sistem pelayanan
Bahan Bakar Minyak/BBM atau Integrated Bunker System, sejak 2019. Hasilnya, perusahaan berhasil meningkatkan efisiensi belanja BBM hingga 30 persen atau setara Rp120 miliar per tahun.
Perlintasan
Saat ini, dari total perlintasan yang ada (357 lintasan), didominasi oleh lintasan perintis sebanyak 274 lintasan, lintasan komersil 80 lintasan dan tiga Long Distance Ferry (LDF).
Khusus lintasan komersial terbagi 22 lintasan antar provinsi (27 persen), 46 lintasan dalam provinsi (58,5 persen) dan 12 lintasan dalam kabu/kota (14,6 persen). Sementara lintasan perintis terbagi atas 23 lintasan antara provinsi (8,4 persen), 112 lintasan dalam provinsi (40,9 persen) dan lintasan dalam kab/kota (50,7 persen).
Disamping itu, total 432 kapal lintasan angkutan penyeberangan yang terbagi 326 kapal lintasan komersial, 105 kapal lintasan perintis dan 1 LDF.
Jumlah kapal lintasan komersial (326 kapal) terbagi atas 23 kapal lintasan antar provinsi (71 persen), 112 kapal lintasan dalam provinsi (34,4 persen) dan 139 kapal lintasan dalam kab/kota (42,6 persen).
Sedangkan 105 kapal lintasan perintis terdiri dari 12 kapal lintasan antar provinsi (11,4 persen), 44 kapal lintasan dalam provinsi (41,9 persen) dan 49 kapal lintasan dalam kab/kota (47 prsen).
Berdasarkan kepemilikan kapal, PT ASDP Indonesia Ferry selaku BUMN memiliki kapal sebanyak 161 (37,26 persen) kapal penyeberangan dan 1 unit kapal penyeberangan LDF (0,24 persen) dan yang dikelola oleh BUMD sebanyak 21 unit kapal (4,86 persen).
Sedangkan kapal swasta sebanyak 249 kapal (57,64 persen). Artinya masih cukup besar peranan swasta dalam membantu pemerintah menyelenggarakan transportasi penyeberangan di Indonesia.
Namun yang lebih penting dari data-data tersebut adalah, terdongkraknya perekonomian masyarakat lokal dari beragam aktivitas di pelabuhan dan antar pulau.
Membangkitkan kontribusi para operator kapal penyeberangan dan pelabuhan penyeberangan terhadap perekonomian nasional. Salah satu faktanya adalah, adanya pertumbuhan pendapatan negara bukan pajak (PNBP).
Kenaikan Tarif
Adanya fasilitas dengan beragam pengembangan infrastruktur yang membuat nyaman masyarakat pengguna jasa, mulai dari penumpang pejalan kaki, dengan kendaraan dan barang, tentu ada harga yang harus dibayar.
Penyesuaian tarif ini wajar dilakukan, bukan hanya tersedianya fasilitas pendukung, tapi juga kenaikan harga BBM yang berimbas pada biaya perawatan kapal, gaji pegawai (upah minimum kota) dan inflasi.
Komponen-komponen tersebut, terutama BBM yang mendominasi biaya operasional hingga lebih 50 persen, berlaku pada seluruh kapal penyeberangan, baik swasta, BUMD maupun BUMN.
Bila mengacu pada komponen-komponen tersebut, penyesuaian tarif penyeberangan ini tidak bisa dihindari, penyesuaian pasti terjadi bukan saja untuk menjaga dan memenuhi standar pelayanan minimum, terutama soal keselamatan, keamanan dan kenyamanan tapi juga keberlangsungan perusahaan penyeberangan.
Saat ini terdapat 236 Pelabuhan Penyeberangan yang telah terbangun dan 19 KDP. Dari 236 Pelabuhan Penyeberangan itu, sebanyak 229 pelabuhan penyeberangan telah beroperasi dan tujuh pelabuhan penyeberangan belum beroperasi.
Pelabuhan penyeberangan yang beroperasi itu, 34 pelabuhan penyeberangan milik PT ASDP Indonesia Ferry, 18 pelabuhan penyeberangan (Satpel Ditjen. Hubdat), 173 pelabuhan penyeberangan (pemda) dan empat pelabuhan penyeberangan (swasta).
(Syamsuri S)