Menyambut Roll Out CN-219 Produk Putra Bangsa
Rabu, 01 Februari 2017, 02:35 WIB
Analis Penerbangan, Arista Atmadjati,SE.MM
Bisnisnews.id - Nopember 2017 ini, Indonesia kembali mencatat sejarah dalam industri manufaktur pesawat terbang. Berupa pesawat kecil, small aircraft turbo propeller dan akan melakukan roll out ke hadapan public. Pesawat N-219 bikinan PT Dirgantara Indonesia (PT.DI) yang diawaki dua pilot, dengan kapasitas angkut 19 penumpang itu, pada Februari 2017 ini akan diselesaikan proses kelaikan terbang untuk kapasitas domestik juga keperluan kelayakan sertifikasi kelaikan terbang internasional. Diharapkan pada hari kemerdekaan RI, dilakukan demo flight untuk pesawat ciptaan putra bangsa.
Sebetulnya proses pembuatan pesawat N-219 oleh PT. Dirgantara Indonesia Bandung, sudah lama dilakukan. Pada Desember 2010, mock up cocpit N-219 telah dipamerkan dalam event Indo Defense and Maritime Indonesia di Kemayoran. Saya termasuk yang telah mencoba stick dan throthlep-nya.
Pemerintah dalam membangun kembali industry pesawat-nya kala itu, maju mundur dan komitmen yang kurang militant dari pemerintah. Lagkah realisasi pembuatan pesawat N-219 sangat lambat. Namun patut diacungi jempol, PT Dirgantara Indonesia, setelah hampir 6 tahun, impiannya menyelesaikan pesawat small aircraft N-219 itu terwujud.
Sebetulnya varian pesawat kenis itu, sudah sukses dipasaran. Portofolio beberapa pesanan bahkan sudah ratusan CN 235 produksi kerjasama Nurtanio (nama sebelum PT DI ), di pakai pada sejumlah negara. Seperti Turki, Pakistan , Qatar, Thailand, Philipina, Malaysia, Korea selatan bahkan oleh Amerika.
Produk PT DI itu, umumnya untuk pesawat ringan pengintai atau penjaga pantai negara-negera mereka. Versi militer-pun PT.DI cukup sukses dengan mengeluarkan versi CN-295 yang sampai saat ini diyakini hemat bahan bakar dan bandel. Berikut portofolio produksi PT.DI era lama yang sukses sebelum akan meluncurkan N-219, CN-235 adalah yang paling fenomenal . Pesawat CN-295 buatan dalam negeri.
Flash Back Industri Pesawat PT.DI Yang Kaya Pengalaman .
Pesawat CN 295M versi militer ini adalah pesawat pengembangan dari pesawat CN-235 yang menangguk sukses di pasaran sejak diluncurkan tahun 1983, terbanyak digunakan di Turki.
CN 295M merupakan proyek Casa, pabrikan pesawat Spanyol dan Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) Indonesia. Pesawat CN-295M merupakan pesawat angkut sedang taktis (medium airlifter) generasi terbaru yang sudah menggunakan full glass cockpit, digital avionic dan sepenuhnya kompatibel menggunakan night vision goggles (NVG), sehingga CN-295M merupakan pesawat angkut sedang versi militer yang dapat diandalkan di kelasnya dan mampu membawa kargo homhga sembilan ton.
Pesawat ini juga mampu terbang sampai ketinggian 25 ribu kaki dengan kecepatan jelajah maksium 260 Knot (480 Km/Jam) serta dapat diterbangkan dan dikendalikan dengan aman dan sangat baik pada kecepatan rendah sampai dengan 110 Knots (203 Km/Jam). Dengan menggunakan 2 Mesin Turboprop Pratt & Whitney Canada (PW 127G), pesawat ini mampu melaksanakan lepas landas dan melaksanakan pendaratan pada landasan yang pendek (STOL/ Short Take Off & Landing) yaitu 670 m/2.200 kaki dengan berat tertentu.
"Kemampuan Pesawat C-295 M dinilai sangat cocok dan ideal dikaitkan dengan tugas dan misi yang diemban oleh skadron Udara 2," ujar Komandan Skadron Udara 2 di sela-sela penyerahan pesawat tersebut dalam dalam siaran pers TNI AU waktu silam .
CN 295 semenjak digunakan oleh TNI AU maupun negara-negara lain seperti Malaysia, Turki, Korea Selatan, belum pernah jatuh atau mengalami kecelakaan tragis maupun insiden ringan. Di luar sebab human error, pesawat CN 295 ini sangat tangguh dan tidak diragukan lagi. Pesawat ini sudah mendapat sertifikasi dari FAA.
Pesawat buatan Indonesia ini sangat diperhitungkan kualitasnya oleh negara lain. Buktinya pesawat buatan PT Dirgantara Indonesia yaitu CN235-220 digunakan oleh para pemimpin negara sebagai pesawat VIP.
"Kita punya pesawat CN235-220 itu pesawat multi missions platfrom, bisa untuk pribadi, maritime patrol, kargo dan lainnya," ucap Vice President Logistics & Costumer Support Division PT Dirgantara Indonesia, Mula W. Wangsaputra di The 12th Langkawi International Maritime & Aerospace (LIMA 13) Langkawi, Malaysia,beberapa waktu silam.
Salah satu bukti bahwa produk PT DI berkualitas, yakni pesawat CN 235-220 digunakan oleh Perdana Menteri (PM) Malaysia, Presiden Korea Selatan dan Pakistan. "PM-nya Malaysia pakai, Korea Selatan pakai, Pakistan pakai punya kita juga," ucap Mula. Pesawat CN 235 milik TUDM hasil produksi PT DI digunakan sebagai pesawat VVIP, tampak lebih kuat dan dinamis.
Pesawat CN235-220 dipesan oleh mereka untuk dijadikan pesawat VIP. "Jadi pesawat ini digunakan para pemimpin negara tersebut untuk pergi dinas di dalam negaranya sendiri," katanya.
Maka jejak portofolio dari PT DI sudah tidak diragukan lagi mengingat kesuksesan membuat dan menjual CN 235-220 untuk VIP , sebagai pesawat penjaga pantai Negara Negara maju juga sudah terbukti dan disusul pembuatan versi militernya CN 295M . Maka tidak heran bila hanya membuat pesawat yang lebih kecil N 219 bukan masalah besar untuk PT.DI .
Yang sangat diperlukan oleh PT.DI adalah dukungan yang konsisten dan militant dar pemerintah saat ini agar tetap mengembangkan pesawat N 219 diproduksi tanpa henti mengingat :
1. Di Indonesia saat ini sebagai Negara kepulauan , Indonesia mempunyai 181 bandara yang masih aktif dan kebanyakan bandara tersebut adalah bandara kecil , dengan runway hanya rata rata 800 meter sampai dengan 1000 meter yang sangat cocok untuk didarati oleh pesawat CN 219 ini .
2.Masa depan dunia aviasi di Indonesia sangat cerah , hal tersebut didasarkan pada forecasting dari COO Airbus dalam event Singapore airshow tahun 2010 Mr.John Leahly sudah berani memprediksi bahwa kawasan Asia Pacific termasuk Indonesia didalamnya, padatahun 2010 - 2028 permintaan pesawat pesawat baru untuk menunjang kenaikkan pasar bisnis penerbangan di kawasan Asia pacific, permintaan pesawat akan naik 31% .
Inilah momentum yang baik untuk PT.DI memproduksi secara massal dan konsisten N 219 mengingat market pesawat ini akan diminati di negera Negara Asean yang banyak mempunyai bandara bandara kecil seperti Negara Philiphina, Vietnam , Myanmar , Malasyia ( sabah dan Sarawak) , Laos, Kamboja sebagai pasar yang ideal untk produksi pesawat kecil Indonesia, dengan memanfaatkan paying kerjasama ekonomi MEA Masyarakat Ekonomi Asean, sebagai pintu masuk menjual produk high tech industry pesawat kecil kita di intra Negara Asean.
Belum lagi pasar domestik di Indonesia juga akan semakin bergairah dimasa masa depan adalah market menggiurkan, beberapa maskapai nasional seperti NAM air , Wing air sudah memesan ratusan N 219 ini, jadi tidak ada lasan bagi pemerintah untuk tidak mensupport industry dirgantara di RI.
Industri pesawat yang lain yang juga digalakkan oleh kalangan swasta, putra mantan presiden Habbie, Ilham Habibie juga sudang merintis dan mencari sponsor pendanaan untuk pembuatan pesawat jet Reggio 80.
Pesawat ini juga masih cocok untuk dioperasikan di dalam negeri dan beberapa Negara Asean dengan menggunakan panjang landasan yang tidak terlalu panjang, cukup 2000 meter sudah bisa landing . Keunggulan Reggio 80 diyakini pada konsumsi bahan bakar yang di klaim oleh Ilham Habibie termasuk pesawat yang irit bahan bakar.
Konsumsi bahan bakar yang irit perlu diutamakan untuk tekonologi ke depan, apalgi kalau bisa juga memakai teknologi hybrid, bisa memakai avtur atau juga memakai bahan bakar bioethanol . Mengingat trend pesawat di masa depan, adalah yang bisa mereduksi produksi emisi gak karbon dan hal itu bisa dilakukan bila pesawat terbang canggih bisa mengganti avtur memakai bahan bakar bioethanol(biofuel).
Kemungkinan ini bisa dilakukan oleh Reggio 80 produksi Indonesia yang dikembangkan Ilhan Habibie bila memang dukungan militant dari pemerintah saat ini ada, dan saya rasa kapasitas Ilhanm dengan Reggio 80 bisa diharapkan banyak. Lengkap sudah industry pembuatan pesawat kita ke masa depan , ada produksi small aircfrat N 219 yang sudah mendekati kenyataan , serta ada peluang pada pembuatan pesawat full jet Reggio 80 juga.
Spesifikasi N 219
Pesawat N 219 walau belum jadi Lion Air grup, berniat memboyong pesawat produksi PT DI N-219 sebanyak 50 unit. Pesawat itu sendiri masih berupa prototipe, dan masih belum diproduksi, dengan keinginan Lion Air terhadap pesawat ini akan memacu PT DI menggenjot produksinya, dan juga akan menarik pihak-pihak lain yang penasaran dengan pesawat buatan anak negeri ini. Sebenarnya ada juga maskapai dalam negeri yang berminat katanya sih sudah melakukan pemesanan yaitu Nam air anak perushaan sriwijaya air . Juga Trigana air berminat membeli N 219.
N-219 merupakan pesawat dengan tipe pesawat angkut, produk PT Dirgantara Indonesi merupakan pesawat multifungsi bermesin dua. Pesawat ini ditujukan untuk daerah operasi di daerah-daerah terpencil. Bandara kecil dengan kapasitas yang masih terbatas, sangatlah cocok.
Pesawat ini terbuat dari logam dan dirancang mengangkut penumpang maupun kargo, telah memenuhi persyaratan FAR 23. Dirancang memiliki volume kabin terbesar di kelasnya dan pintu fleksibel yang memastikan bahwa pesawat ini bisa dipakai untuk mengangkut penumpang dan kargo.
Fitur utama yang dimiliki N-219 antara lain difungsikan untuk mengangkut penumpang dan bisa juga untuk angkut kargo. Kapasitas penumpangnya 19 orang dengan konfigurasi tiga sejajar. Kinerja lepas landas dan mendarat: jarak pendek/ STOL 600 meter.
Pesawat ini diklaim mempunyai biaya operasional yang rendah. Untuk mesin sendiri menggunakan mesin 2 x 850 shp (shaft horse power). Kecepatan jelajah maksimumnya 395 km/ jam. Kecepatan jelajah ekonomisnya 352 km/ jam. Jarak lepas landas (halangan 35 kaki) 465 meter, ISA, SL. Jarak mendarat (halangan 50 kaki) 510 meter ISA, SL. Berat lepas landas maksimum (MTOW) 7270 kilogram (16000 lbs). Muatan maksimum 2500 kilogram (5511 lbs).
Sebelum masuk ke produksi massal, PT DI akan membuat dua unit prototipenya untuk uji terbang, dan satu unit prototipe untuk uji statis, juga uji mesin produksi. Untuk proses itu membutuhkan waktu dua tahun dengan dana kurang lebih sebesar Rp 300 miliar. N-219 merupakan pengembangan dari NC-212 yang sudah diproduksi oleh PT DI dibawah lisensi CASA, produsen pesawat asal Spanyol.
Pesawat N-219 telah melewati masa pengujian aerodinamika dengan baik di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di tempat laboratorium pengujian terowongan angin di Serpong milik BPPT sendiri. Pesawat ini dibandrol 5 juta dollar AS, jauh lebih murah dibanding pesaingnya, produksi Bombardier Canada dan Embraer yang dibandrol 6-7 juta usd beda 1 juta lebih murah ,N219 di klas nya. (*)