Merasakan Kemarahan Dan Kebencian Bisa Buat Bahagia
Senin, 14 Agustus 2017, 22:09 WIBBisnisnews.id - Orang lebih bahagia jika mereka bisa merasakan emosi yang mereka inginkan, bahkan jika emosi itu tidak menyenangkan, seperti kemarahan dan kebencian, menurut hasil penelitian.
Hasil penelitian yang disusun oleh tim peneliti internasional menemukan kebahagiaan adalah "lebih dari sekedar" merasakan kesenangan dan menghindari rasa sakit.
Periset bertanya kepada peserta apa emosi yang mereka inginkan dan rasakan, kemudian dibandingkan dengan bagaimana mereka menilai keseluruhan kebahagiaan, atau kepuasan hidup mereka.
Para periset menemukan bahwa ketika orang secara keseluruhan ingin mengalami emosi yang lebih menyenangkan, mereka memiliki kepuasan hidup terbesar jika emosi yang mereka alami sesuai dengan yang mereka inginkan.
Studi lintas budaya ini meriset sekitar 2.300 mahasiswa dari Amerika Serikat, Brasil, China, Jerman, Ghana, Israel, Polandia dan Singapura.
Emosi negatif
"Jika Anda merasakan emosi yang ingin Anda rasakan, bahkan jika tidak menyenangkan, berarti Anda lebih baik," kata pemimpin penelitian, Dr Maya Tamir dari Universitas Hebrew Yerusalem dikutip dari BBC.
Anehnya, penelitian ini juga menemukan 11 persen orang ingin mengurangi emosi positif, seperti cinta dan empati, sementara 10 persen orang ingin merasakan emosi lebih negatif, seperti kebencian dan kemarahan.
Tamir menjelaskan, "Seseorang yang tidak merasa marah saat membaca tentang penganiayaan anak mungkin akan menganggap mereka lebih marah terhadap penderitaan anak-anak yang dilecehkan, jadi ingin merasakan lebih banyak kemarahan daripada yang sebenarnya mereka lakukan pada saat itu."
Dia menambahkan bahwa seorang wanita yang ingin meninggalkan pasangan yang kasar namun tidak bersedia melakukannya mungkin lebih bahagia jika dia kurang mencintainya, misalnya.
Perasaan buruk itu baik
Dr Anna Alexandrova, dari Universitas Cambridge's Wellbeing Institut mengatakan bahwa penelitian tersebut menantang bagaimana orang memikirkan kebahagiaan.
Studi ini mempertanyakan ukuran tradisional kebahagiaan yang didefinisikan sebagai rasio emosi positif terhadap negatif, katanya.
Tapi ketika sampai pada emosi yang tidak menyenangkan, penelitian ini hanya bisa menilai kemarahan dan kebencian, yang dikatakan oleh Dr. Alexandrova sebagai keterbatasan.
"Kemarahan dan kebencian mungkin sesuai dengan kebahagiaan, tapi tidak ada indikasi bahwa perasaan tidak menyenangkan lainnya, seperti rasa takut, bersalah, sedih dan cemas adalah sesuai," katanya.
Tamir mengatakan bahwa penelitian tersebut tidak berlaku bagi mereka yang memiliki depresi klinis, "Orang-orang yang depresi secara klinis ingin lebih sedih dan kurang bahagia daripada orang lain. Itu hanya memperburuk masalah."
Dia mengatakan bahwa penelitian tersebut menyoroti kerugian yang diperkirakan dari berharap selalu bahagia.
"Orang ingin merasa sangat baik sepanjang waktu di budaya Barat. Bahkan jika mereka merasa paling baik sepanjang waktu, mereka mungkin masih berpikir bahwa mereka seharusnya merasa lebih baik, yang mungkin akan membuat mereka kurang bahagia secara keseluruhan." (marloft)