Oil Spill YYA-1 Berhenti, Ini Usulan Pengamat Pada Pertamina
Kamis, 26 September 2019, 07:56 WIBBisnisNews.id -- Pengeboran Relief Well telah berhasil terkoneksi / tersambung dengan sumur YYA1. Oil spill dari sumur YYA-1 sudah berhenti. Kini mulai dilakukan proses mematikan sumur dilakukan dengan cara memompakan lumpur berat untuk melawan tekanan reservoir, sehingga tercapai keseimbangan dan menyetop aliran minyak dan gas dari sumur tersebut.
"Sampai saat ini kondisi stabil, dan oil spill telah berhenti keluar dari anjungan," kata VP Communication Pertamina Fajriyah Usman di Jakarta, Rabu (25/9/2919) malam.
Dikatakan Tim PHE PHE ONWJ sedang meneruskan proses mematikan sumur secara permanen. Selain itu juga meneruskan action untuk mengatasi dampak sosial dan lingkungan.
Data terakhir, kata Farjiyah, sudah lebih dari 3.000 warga terdampak dan terverifikasi yang mendapatkan kompensasi tahap awal. Semoga segera disetujui nilai kompensasi final. "Selanjutnya, pembersihan dan pemulihan lingkungan juga dapat menjadi lebih fokus," papar dia lagi.
Sementara, pengamat migas Mamit Setiawan menambahkan, yang harus menjadi perhatian Pertamina ke depan adalah dampak lanjutan pasca selesainya penangan musibah ini. "Para warga sudah cukup terpenuhi pemasukan mereka karena kemarin di berdayakan untuk membersihkan pantai dengan upah lumayan," kata dia.
Ketika (proses) ini selesai, jelas Mamit, maka pemasukan mereka tidak ada. Mau melaut mungkin sudah tidak terlalu semangat mengingat musim atau mereka berpikir ikan sudah berkurang karena tercemar sehingga susah untuk mendapatkan hasil.
"Ada kemungkinan terjadinya tuntutan kembali lagi. Harap menjadi perhatian buat Pertamina," papar Mamit Setiawan mengingatkan.
Menurut Mamit, dia menjadi fungsi dari CSR Pertamina dan sering memberikan pelatihan keterampilan kepada warga terdampak sesuai dengan karakter warga tersebut (Karawang dan sekitarnya). Jika tidak melaut mereka masih punya pendapatan.
Oleh, tambah Mamiy, Kita harus menghindari sedikit mungkin terjadinya friksi dengan masyarakat. "Termasuk memikirkan dampak negatif yang paling buruk sekalipun harus diantisipasi dengan sebaik-baiknya," tegas Mamit. (helmi)