Pandemi Corona, Harga Minyak Dunia Dan Solar Transportasi
Selasa, 07 April 2020, 13:44 WIBBisnisNews.id -- Pandemi corona atau covid-19 masih belum teratasi di Indonesia. Jumlah pasien yang positif terpapar covid-19 terus bertambah. Berbagai langkah telah diambil Pemerintah, termasuk menyiapkan anggaran Rp405 triliun dari APBN untuk menanggulangi dampak penyebaran covid-19 di Tanah Air.
Sementara, dunia usaha makin terpuruk akibat virus mematikan yang muncul pertama kali di Wuhan, China itu. Sektor transportasi dan pariwisata menjadi pihak pertama yang dihantam krisis covid-19 ini. Kunjungan wisman turun drastis. Beberapa objek wisata di dalam negeri ditutup sementara untuk mencegah penyeberan covid-19 di Indonesia.
Menurut Sekjen DPP Orgada Ateng Aryono, dampak covid-19 membuat industri transportasi anggota Organda makin terpuruk. Demand atau penumpang turun, bahkan angkutan charter dan pariwisata turun hampir 100%. Sementara, angkutan umum yang lain kondisinya juga tak kalah menderita, karena tingkat okupansi yang makin rendah, rata-rata 30-40% dari kapasitas yang ada.
Senada dengan Ateng, pengusaha bus pariwisata Blue Star Group H. Fauzi Hs menyampaikan hal serupa. "Saat ini, arus wisatawan turun ke titik terendah. Banyak objek wisata nasional ditutup. Impikasinya jelas, okupansi angkutan pariwisata turun bahkan sampai 100%,"katanya serius.
Sejalan dengan penurunan harga minyak dunia kini, menurut Fauzi, Pemerintah seharusnya ada kebijakan. Harga BBM khususnya Solar diturunkan harganya. Hal itu mengingat, harga minyak dunia jenis Brent hanya berkisar USD22 per barel.
"Sementara, asumsi haga minyak di APBN 2020 dipatok sebesar USD65 per barel. Sedang harga minyak di kisaran USD22 per barel sudah berlangsung lama, sekiar sebulan lamanya. Tidak berlebihan jika kami pelaku usaha mengusulkan penurunan harga BBM khususnya solar. Kalau harga minyaak dunia turun, HPP BBM di Indonesia juga turun," kilah pengusaha angkutan itu lagi.
Menurut Fauzi, Pemerintah sudah mengalokasikan dana tanggap darurat Corona sampai Rp405 triliun. Dari jumlah tersebut, seharusnya sebagian bisa dialokasikan untuk subsidi BBM solar sehingga industri sektor transportasi dan logistik bisa bernafas lebih panjang.
"Subsidi untuk BBM solar itu pada akhirnya akan tetap membuka lapangan kerja baru. Pelaku usaha transportasi dan logistik khususnya bus AKAP/ AKDP, pariwisata dan truk angkutan barang sebagai pengguna BBM Solar akan lebih tertolong di tengah badai covid-19 ini," kilah Fauzi.
Solar Industri Sudah Turun ?
Sementara, senior konsultan SCI Sugi Purnoto mengatakan, dia setuju harga BBM solar untuk transportasi diturunkan di saat harga minyak dunia turun sekarang. Apalagi, harga solar untuk industri yang tidak disubsidi sudah tuun ke angka Rp5.025/liter atau kalau ditambah PPn, iuran BPH Migas dan lainnya jatuhnya ke angka Rp5.600 per liter. "Sementara, harga solar di SPBU sekarang tetap Rp.6.150/ liter," kata Sugi menjawab BisnisNews.id di Jakarta.
Menurut dia, terkait harga Solar subsidi, seharusnya Pemerintah lebih fleksibel. Memang ada porsi subsidi dari APBN dalam komoditas BBM solar itu. "Tapi, dalam kasus penurunan harga atau mengurangi beban negara seharusnya prosesnya tidak terlalu panjang dan berbelit," kata Sugi lagi.
Dalam kondisi normal, harga BBM subsidi itu diusulkan oleh Pemerintah melalui Kementerian ESDM cq. BPH Migas ke DPR. Kemudian dibahas bersama Pemerintah dan Badan Anggaran DPR. "Semua dihitung bersama, kemudian disepakati bersama baru disampaikan ke masyarakat," papar Sugi.
Tapi, kasus itu kalau untuk kenaikan harga BBM, yang nota bene menambah beban negara melalui APBN. "Sementara, untuk kasus sekarang justru sebaliknya mengurangi beban negara. Seharusnya kalau harga turun karena harga minyak dunia yang anjlok ada perlakuan beda," kilah Sugi.9
Patokan Harga BBM
Namun begitu, dia tak memungkiri harga BBM di Indonesia itu dipengaruhi banyak hal. Selain harga minyak dunia, juga nilai tukar Rupiah atau krus terhadap Dolar AS (USD). "Jika sampai masalah ini, maka semua pihak harus berfikir rasional. Apalagi, Pertamina membeli atau impor minyak yang dijual sekarang saat harga masih tinggi dan kurs rupiah masih dikisaran Rp13.000-Rp14.000/ USD," terang Sugi.
Di tempat terpisah, Direktur Puskepi Sofyano Zakaria mengatakan, penetapan harga BBM di dalam negeri dipengaruhi harga minyak dunia dan kurs. Apalagi BBM subsidi seperti Solar atau Premium itu ada porsi subsidi negara disana. "Dengan naiknya kurs USD terhadap Rupiah, menyebabkan biaya produksi naik tajam.
Jadi jangan hanya melihat turunnya harga minyak saja, tapi harus dilihat juga pelemahan Rupiah terhadap USD," tegas Sofyano.(helmi)