Pelantikan Presiden Jokowi Dan Bayang-Bayang Resesi Ekonomi
Selasa, 22 Oktober 2019, 13:57 WIBBisnisNews.id -- Pada saat krisis melanda Amrika Serikat (AS) dan Eropa pada tahun 2008 lalu, Indonesia menerima dampak krisis ini. Singkatnya Pemerintah RI melakukan “bailout” Bank Century yang dianggap akan berdampak sistemik dan dapat memicu krisis perbankkan dan sektor keuangan. Kasus yang kemudian berujung menjadi skandal korupsi.
Kini, 10 tahun berlalu krisis kembali menyergap ekonomi global. Krisis dipicu oleh pelemahan dalam ekonomi Tiongkok, yang berdampak pada pelemahan pertumbuhan ekonomi global. Ekonomi Tiongkok yang selama satu dekade terakhir menjadi penopang ekonomi global, sekarang mengalami kelesuan dan berdampak global.
Pertumbuhan ekonomi Tiongkok 2020 diperkirakan akan berada dibawah satu digit. Pertumbuhan ekonomi Singapura melemah ke angka 0-1 persen pada tahun 2019 ini. Pertumbuhan ekonomi global tahun ini, diprediksi IMF hanya 3 %, dipangkas dari 3,3 persen. Ekonomi dunia berada dalam kondisi mengkuatirkan. Faktor faktor yang dapat memicu pertumbuhan ekonomi hampir tidak ada. Semua lesu.
Resesi Menuju Krisis
Mengapa pertumbuhan ekonomi dunia yang rendah itu dianggap membahayakan? Pasanya, pertumbuhan ekonomi yang rendah saat ini berbanding terbalik dengan kewajiban negara, perusahaan dan individu yang meningkat besar. Faktor penyebabnya adalah utang negara yang besar, utang dan kewajiban swasta yang besar dan utang individu yang juga besar.
Pelemahan pertumbuhan ekonomi berarti melemahnya revenue dan pendapatan negara, penerimaan perusahaan dan income individu. Inilah yang disebut dengan resesi. Resesi adalah lawan dari boom atau prosperity.
Secara definisi resesi adalah ; a period of temporary economic decline during which trade and industrial activity are reduced, generally identified by a fall in GDP in two successive quarters.
Akibat pendapatan yang berkurang, maka konsumsi turut melemah, maka pendapatan negara dan perusahaan melemah lebih jauh. Lingkaran resesi ekonomi yang terus berlanjut semacam ini akan berujung pada bangkrutnya negara, bangkrutnya perusahaan dan bangkrutnya individu atau rumah tangga.
Bangkrut itu indikatornya tidak memiliki uang untuk dapat melanjutkan negara, melanjutkan perusahaan, dan melanjutkan kehidupan indipidunya karena tidak bisa makan, tidak bisa bayar berbagai kewajiban. Itulah yang disebut dengan krisis.
Secara definisi krisis adalah ; a time of intense difficulty, trouble, or danger. Sementra definisi krisis ekonomi adalah ; A situation in which the economy of a country experiences a sudden downturn brought on by a financial crisis. An economy facing an economic crisis will most likely experience a falling GDP, a drying up of liquidity and rising/falling prices due to inflation/deflation. An economic crisis can take the form of a recession or a depression. Also called real economic crisis. See also collapse, recession, depression.
Krisis Bisa Dibuat ?
Muncul pertanyaan apakah krisis bisa dibuat? Tentu saja bisa. Bahkan krisis dibuat untuk tujuan tertentu, misalnya untuk mengubah tatanan keuangan global, mengubah formasi kekuasaan global, atau mengubah aturan atau regulasi global.
Itulah yang akan terjadi sebagai dampak dari krisis global saat ini, yakni berakhirnya aturan globalisasi lama, institusi global lama, dan berakhirnya aktor yang diperankan sebagai penguasa global lama.
Pada tingkat lokal krisis biasanya ditujukan menggulingkan kekuasaan, melakukan kolonialisasi atas suatu negara, mengambil alih pemerintahan suatu negara, mengambil alih harta kekayaan suatu negara, atau tujuan tujuan lainnya. Intinya krisis dibuat untuk suatu tujuan tertentu. Sebagaimana yang terjadi di Indonesia tahun 1998 itu adalah paket krisis lengkap namun belum sepenuhnya tuntas.
Namun untuk membuat krisis tentu ada syarat-syarat yang harus tersedia, yakni keadaan resesi. Keadaan ini bisa dalam bentuk resesi ekonomi atau resesi politik atau resesi keduanya. Agar magnitudo guncangan krisisnya besar maka harus menyediakan prasarat krisis tersebut juga luas dan masiv. Anehnya persyaratan itu selalu bisa tersedia, dan berulang dalam bentuk dan pola yang sama di Indonesia. Mungkin itu alamiahnya penyelenggaraan kekuasaan dan ekonomi.
Keadaan resesi ekonomi akan terakumulasi dari kondisi yang buruk. Tata kelola negara dan manajemen pemerintahan yang buruk, tata kelola BUMN yang amburadul, dan tata kelola keuangan dan perbankkan yang kotor. Sementara keadaan resesi politik dapat diperoleh dari menurunnya kepercayaan publik pada pemerintahan akibat korupsi yang merajalela, BUMN menjadi bancakan penguasa, APBN dipakai memperkaya pejabat.
Dalam situasi pemerintahan menggunakan aparat dan alat refresi untuk mengancam para pengkritik pemerintah. Keadaan resesi semacam itu dapat digunakan untuk melipatgandakan magnitudo krisis. Tergantung pembuat krisisnya.
Jadi Krisis bukan hanya sebuah konjungtur ekonomi, namun lebih dari itu adalah sebuah desain dalam membuat mekanisme perubahan ekonomi dan politik sesuai keinginan pembuat krisis. Jika sebuah pemerintahan bertemu dengan krisis, maka itu adalah dialektika yang prasaratnya disediakan oleh penguasa sendiri yang bertemu kehendak sejarah dan kebutuhan pembuat krisis.
*Salamudin Daeng, pengamat ekonomi politik Indonesia/nda