Pemerintah Akan Ujicoba Transportasi Sistem O-Bahn di Tiga Kota
Rabu, 26 Juni 2019, 16:10 WIBBisnisnews.id - Konsep moda transportasi terpadu BRT dan LRT atau O-Bahn akan diujicoba pada tiga kota besar di Indonesia tahun 2020 mendatang.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi mengatakan sistem transportasi O-Bahn ini sepenuhnya akan dioperasikan swasta, sedangkan pemerintah hanya memberikan layanan.
“Kalau sistem ini sudah jadi maka akan dianggarkan di tahun depan. Namun kami sebagai pemerintah hanya memberi layanan saja, yang mengoperasikan swasta. Ini tidak mengenai untung rugi tetapi bentuk bagaimana pemerintah hadir ke dalam masyarakat,” kata Dirjen Budi, Rabu (26/6/2019) di kantor Kemenhub.
O-Bahn adalah busway berpemandu yang merupakan bagian dari sistem transit bus cepat. Yaitu memadukan konsep BRT dan LRT dalam satu jalur yang sama.
Bus ini memiliki roda pandu yang berada di samping ban depan bus. Roda pandu ini menyatu dengan batang kemudi roda depan, sehingga ketika bus memasuki jalur O-Bahn, supir tak perlu lagi mengendalikan arah bus karena roda pandu akan mengarahkan bus sesuai dengan arah rel pandu serta mencegah bus terperosok ke celah yang ada di jalur.
Sistem ini pertama kali diterapkan di Kota Essen dan Mannheim Jerman dengan populasi penduduk masing-masing 585.000 jiwa dan 311.342 jiwa. Selanjutnya Inggris di kota Birmingham dengan populasi 1.001.200 jiwa, Cambridge populasi 123.900 jiwa, Adelaid Australia populasi 1.200.000 jiwa.
“Dalam pembangunan BRT yang ada di ranah kami Ditjen Hubdat, dari segi pemanfaatan dan sustainability nya ada kota-kota yang cukup bagus dan mempunyai komitmen baik anggarannya maupun pemerintah daerahnya. Namun kami Pemerintah Pusat akan kontrol saja tidak mempermasalahkan jumlah penumpangnya, atau dalam sehari harus mengangkut berapa kali yang terpenting pemerintah menyediakan aksesibilitas dan konektivitas dalam transportasi,” ujar Dirjen Budi.
Sistem ini kata Dirjen Budi, cocok dengan sejumlah kota-kota besar di luar Jakarta. Seperti Jogjakarta, karena sudah menyatu dengan Klaten, Magelang, juga Purworejo.
"Penumpang dengan kota-kota seperti itu termasuk yang dari pinggiran Jogja saya rasa cocok dengan konsep O-Bahn untuk menuju pusat kegiatan seperti bandara atau tempat kerja di pusat kota. Kalau di Jakarta bisa saja cuma karena sudah banyak jenis transportasi namun kita ingin memperlebar kekuatan transportasi sampai ke luar saya rasa mungkin tidak di Jakarta," tuturnya. (Syam S)
Berikut Kelebihan sistem transportasi O-Bahn:
1. Bus terpandu tersebut tetap dapat keluar dari jalur khususnya dan beroperasi seperti bus biasa. Apabila ia bergerak di jalurnya, maka sifat pengoperasiannya separti kereta rel; jadi bus terpandu dapat dianggap sebagai kombinasi bus dengan trem.
2. Lebar perkerasan jalur khusus bus terpandu yang selebar badan bus ± 200 cm, sedangkan lebar jalur lalu lintas di jalan berkisar antara 300-350 cm.
3. Sarananya (moda angkutannya) berupa bus biasa hanya diberi tambahan roda horizontal yang dapat dilipat pada saat bus beroperasi di jalan umum. Roda horizontal berfungsi sebagai pemandu pada saat bus beroperasi di jalur khusus sehingga kemudi bus tidak sifungsikan. Pengemudi hanya mengatur kecepatan kendaraan saja.
4. Selain dapat menggunakan bus gandeng, moda angkutan ini dapat menggandeng dua atau tiga bus biasa atau dua bus gandeng menjadi satu rangkaian sehingga tidak ada lagi jarak (headway); dua atau tiga bus berfungsi seperti trem. Kelebihan ini memberi keuntungan tambahan karena penyediaan jasa – pada jam sibuk – hanya perlu menambahkan bus sehingga tidak perlu menambah pengemudi.