Perbaiki Iklim Global, Kementerian ESDM Dorong Penggunaan Energi Ramah Lingkungan
Selasa, 17 September 2019, 06:34 WIBBisnisNews.id -- Kesepakatan di Persatuan Bangsa - Bangsa (PBB), semua negara termasuk Indonesia berusaha mencegah peningkatan suhu global secara rata-rata 1- 1,5 derajat celcius sampai tahun 2030. Untuk itu, Pemerintah Indonesia akan memegang komitmen penuh atas Kesepakatan Paris tahun 2015.
Kementerian ESDM terus mendorong masyarakat dan dunia usaha mengimplementasikan berbagai kebijakan srategis, terutama di subsektor Energi Baru Terbarukan (EBT). "Salah satu penyebab global warming yang paling besar itu diakibatkan oleh (sektor) energi, terutama kelistrikan," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan, kemarin.
"Oleh karena itu, lanjut dia, tahun depan untuk kendaraan bermesin diesel kita terapkan B30. Menteri Jonan mengakui sampai ini, porsi bauran energi nasional masih masih didominasi oleh energi yang berasal dari Batubara. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) menjadi kontributor terbesar penghasil listrik dengan porsi lebih dari 50%.
Untuk menekan dominasi sumber energi tersebut, Pemerintah akan menggenjot pembangunan pembangkit listrik yang meminimalisir adanya emisi gas rumah kaca.
"Orang sekarang mulai protes, pembangunan banyak menggunakan tenaga uap dari batubara. Makanya, saya mengatakan akan banyak membangun (pembangkit) bersih dan ramah lingkungan, seperti PLT Bayu, PLT Air dan yang paling mudah adalah PLTS Atap," ungkapnya.
Jonan optimis PLTS Atap akan lebih mencapai harga yang efisien dan mudah dijangkau pada masa mendatang. "Sekarang investasinya memang masih relatif mahal kira-kira Rp15 juta. Tapi kalau ini bisa ekspor impor (listrik antara pemilik rumah dengan PLN) biaya investasi solar rooftop jadi lebih terjangkau. Mudah-mudahan kita membantu mengurangi tingkat emisi dan pemanasan global," tegasnya.
Langkah lain yang diambil Pemerintah adalah mempercepat kehadiran kendaraan listrik. Jonan berharap dukungan dari para generasi muda dalam mengeksekusi kebijakan tersebut. "Kalau mayoritas anak muda sepakat, ini ada harapan. Semua penemuan baru itu tergantung dari yang eksekusi. Kalau generasi muda menerima, akan berkembang," pungkasnya.(helmi).