Perpindahan Airlines Internasional Sky Team Ke Terminal 3 Soetta Molor ...
Senin, 29 Mei 2017, 13:19 WIB
Bisnisnews.id - Perpindahan penerbangan internasional anggota Sky Team dari Terminal 2 ke Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta mulai 1 Juni 2017 diperkirakan bakal molor. Sebab masih banyak permasalahan yang belum bisa diselesaikan oleh pihak manajemen Angkasa Pura II. Hal ini patut diperhatikan mengingat wajah Indonesia yang akan tampil di kancah internasional.
Pemindahan penerbangan internasional tidak sama dengan domestik. Ada banyak persiapan yang dilakukan sebelum benar-benar memindahkan operasionalnya. Direktur Arista Indonesia Aviation Center (AIAC), Arista Atmajati mengatakan, kalau pun sudah siap, pihak airlines internasional harus diberikan waktu yang cukup untuk melakukan persiapan pindah.
Baca Juga
Catatan lain yang juga disampaikan Sekretaris Jenderal Indonesia National Air Carriers Association (INACA), Tengku Burhanudin adalah soal fasilitas. Kata dia, minimal fasilitas yang diterima di Terminal 3 sama dengan yang ada di Terminal 2 Bandara Soekano-Hatta.
Masalahnya sekarang, kata Tengku, masih banyak catatan yang belum bisa dipenuhi, sehingga maskapai penerbangan internasional itu ragu pindah begitu saja ke Terminal 3. "Intinya harus ada kesepakatan dua pihak, antara operator bandara dengan operator penerbangan, jangan hanya kemauan sebelah pihak," kata Tengku.
Kalau keputusan pindah hanya satu pihak maka tidak akan bisa terwujud, termasuk juga soal fasilitas pendukung layanan. Minimal sama yang ada di terminal sebelumnya. "Ini penerbangan internasional bukan domestik," jelasnya.
Sumber Bisnisnews.id menyebutkan, masih ragunya airlines internasional pindah dari Terminal 2 ke Terminal 3 karena fasilitas pendukung layanan yang diterima di Terminal 3 tidak sama. Ini akan menimbulkan masalah terkait On Time Performance, keamanan, keselamatan dan pengalaman penumpang.
Pihak airlines asing itu sendiri, telah menyampaikan sejumlah catatan penting kelengkapan Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta yang harus dilengkapi kepada pihak manajemen PT Angkasa Pura II, dan itu dibenarkan Manager Humas PT Angkasa Pura II, Yado Yarismano pada Bisnisnews.id.
Namun, pihak manajemen Angkasa Pura II belum memberikan jawaban apakah pemindahannya tetap dilakukan pada Juni 20017 atau ditunda sementara sambil menyelesaikan pembangunan fasilitas yang dibutuhkan.
"Memang ada surat, tapi belum ada putusan dan ini masih dibahas," kata Yado.
Tengku menambahkan, rasanya sulit memaksakan airlines internasional memindahkan layanannya saat ini. "Saya rasa belum bisa tuh mereka pindah dari terminal 2 ke terminal 3, pada bulan Juni 2017, kan waktunya sebentar lagi," jelas Tengku.
Kata Tengku, ada beberapa catatan yang harus dipenuhi, salah satunya adalah soal aerobridge. "Sekarang antara kapasitas garbarata yang lama sama yang baru ini kan beda (T2 dan T3). Minimal sama lah. Ini harus diakomodir, tapi untuk terminal penumpang rasanya gak masalah. Check in counter rasanya bisa, tapi garbaratanya belum maksimal," jelasnya.
Proses perpindahannya itu sendiri relatif lama, itu pun kalau benar-benar sudah clear dan tinggal menempatkan saja. "Waktu yang dibutuhkan relatif bisa dua minggu, satu bulan, bisa lebih lama lagi, tergantung persiapan yang mau mereka lakukan," jelas Tengku.
Baca Juga :
- Penumpang Marah Hadapi Penundaan dan Kekacauan di London
- DIGITALISASI Teknologi Informasi Gagal, British Airways Lumpuh
- AS Pertimbangkan larangan Laptop ke Seluruh Penerbangan
JANGAN EGOIS
Mengacu pada negara maju, yang kerap menghadapi kegagalan sistem IT yang digunakan, seharusnya PT Angkasa Pura II juga mempelajari contoh-contoh itu dan bukan hanya mendorong airlines internasional, terutama aggota Sky Team langsung untuk pindah di Juni 2017 ini dari Terminal 2 ke Terminal 3.
"Terminal 3 itu wajah kita, wajah Indonesia, jangan terlalu memaksakan kehendak bila belum benar-benar rapih dan siap operasi. Sekecil apapun kekurangan yang ada atau keluhan dari pihak airlines harus diperhatikan dan jangan egois, karena ini untuk kepentingan bersama," kata Arista Atmajati, Direktur Arista Indonesia Aviation Center (AIAC).
Kata Arista, minimal ada kesamaan fasilitas yang sudah diterimanya di terminal 2 jangan malah lebih rendah. Mitigasi plan-nya harus benar-benar disampaikan kepada airlines internasional sebagai mitra, dilakukan simulasi. Kalau semuanya sudah siap, maka pihak airlines diberikan waktu luang untuk melakukan persiapan perpindahan.
"Jangan pula kita tentukan tanggalnya, karena pindah kan bukan sekedar pindah, seperti orang pindah rumah. Ini kan teknologi, layanan kepada calon penumpangnya, kebiasaan penumpang, mereka harus sosialisasi, pokoknya banyak sekali yang harus diberesin oleh pihak airlines," jelasnya.
Selain itu, pihak Angkasa Pura II juga harus melihat, kalau sekarang ini Garuda Indoesia yang sudah lebih awal di terminal 3, kerap hadapi kendala, terutama ketika menurunkan dan menaikkan penumpang. Sebagai airlines full service, anggota Sky Team ini tidak jarang harus berada jauh dari Terminal 3 karena garbarata yang ada saat ini masih sangat terbatas, sehingga pesawat harus berada di remote area Terminal 2 atau 1 yang jaraknya cukup jauh.
"Itu saja satu masalah yang mudah sekali dilihat, tidak perlu tahu ilmu tentang penerbangan. Penumpang awam saja juga pasti tahu soal itu, karena mereka itu bayar lebih mahal, harusnya fasilitas yang diterimanya juga sesuai yang dibayarkan," jelasnya.
Kasus British Airways (BA) di Bandara Heathrow dan Gatwick London Inggris adalah satu contoh yang baru saja terjadi dan bisa dijadikan tempat berkaca. Dua bandara tersebut adalah hub dengan penanganan 80 penumpang permenit, sangat modern dan serba digital. Sabtu (27/04/2017) minggu lalu terjadi kegagalan sistem TI, sehingga semua penerbangan dibatalkan dan banyak yang mengalami penundaan. Pihak BA menyalahkan pasokan listrik atas kejadian tersebut.
Kalau di Bandara Soekarno-Hatta, kata Arista, ada kejadian yang sangat konyol. Yaitu matinya listrik yang bersumber dari PT PLN. "Saya bilang konyol karena terlalu sering kayak terjadwal gitu. Memangnya di terminal yang membangga-banggakan digitalisasi, mau kejadian seperti itu terulang? Ini adalah wajah Indonesia, bukan hanya Angkasa Pura," jelasnya.
Kalau ada masukan, sekecil apapun itu dipelajari untuk kebaikan semua pihak. Kalau ada pihak lain memberikan masukan, itu artinya orang itu cinta dan sayang pada negeri ini. "Saya pribadi senang loh ada terminal 3 dan digitalisasi bandara tapi harus benar-benar bagus," kata Arista.
Catatan kecil yang juga masih banyak yang harus dibenahi ialah, soal pintu darurat dan terlalu sempitnya jalan di sejumlah sudut karena adanya toko-toko di terminal internasional. " Kalau itu kelihatan kecil, yang besar-besar deh dibenahi," tambahnya. (Syam S)