Pertamina Lakukan Terobosan Untuk Percepat Pembangunan Kilang Di Indonesia
Selasa, 17 Desember 2019, 16:12 WIBBisnisNews.id -- PT Pertamina terus melakukan terobosan guna mempercepat pembangunan kilang demi mewujudkan sejarah baru sebagai negara swasembada energi. Proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) dan Grass Roof Refinery (GRR) yang sedang dijalankan Pertamina menjadi kunci dalam membangun tonggak sejarah baru tersebut.
“Dengan begitu, Indonesia mampu memenuhi kebutuhan BBM dari kilang sendiri tanpa ketergantungan dengan impor,” kata Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman di Jakarta, Selasa (17/12/2019).
Dia menyatakan proyek RDMP dan GRR akan meningkatkan kapasitas kilang untuk pengolahan minyak mentah menjadi dua kali lipat dari 1 juta barrel pada saat ini, menjadi 2 juta barrel. Dengan peningkatan signifikan, maka seluruh kebutuhan BBM bisa dipenuhi oleh kilang sendiri.
“Pertamina melakukan sejumlah akselerasi agar proyek yang ditetapkan Presiden sebagai proyek strategis nasional ini, bisa segera terwujud. Inilah impian besar kita dalam membangun ketahanan dan sekaligus kemandirian energi,” terang Fajriyah.
Pertamina, lanjut Fajriyah, telah melakukan berbagai akselerasi yang terintegrasi sehingga target-target pelaksanaan proyek bisa terlaksana tepat waktu atau bahkan lebih cepat dari jadwal yang ditetapkan.
Proyek RDMP Balongan saat ini sudah menerapkan dual feed competition sehingga realisasi proyek bisa selesai satu tahun lebih cepat dari jadwal. Studi kelayakan (feasibility study) RMDP Balongan tahap I sudah dilakukan dan dilanjutkan dengan penetapan dan pengadaan lahan. Untuk tahap II, sedang dilakukan studi kelayakan.
Untuk Kilang Balikpapan, sejak Februari 2019 telah memasuki tahap konstruksi. Pada 7 Mei 2019, dilakukan penandatanganan akta pendirian PT Kilang Pertamina Balikpapan. Saat ini telah dilakukan pengadaan peralatan utama dan long lead item. Bahkan beberapa peralatan tersebut sudah berada di lokasi.
Sementara Kilang Cilacap, setelah selesai Proyek PLBC, kini RDMP Cilacap sedang dalam tahap penyelesaian valuasi bersama Saudi Aramco. RDMP Dumai dalam tahap negosiasi dengan partner dari Timur Tengah.
Sementara itu, GRR Tuban sudah selesai dengan proses pengadaan lahan dan sedang dalam proses pembayaran. Pertamina dan Rosneft telah menandatangani kontrak desain Kilang Tuban dengan kontraktor terpilih pada 28 Oktober kemarin. Saat ini telah dimulai pelaksanaan Basic Engineering Design (BED) dan Front End Engineering Design (FEED). Selain itu, telah dilakukan konstruksi fasilitas pendukung dan persiapan lahan restorasi sekitar 20 ha di pesisir pantai.
Di GRR Bontang, kemitraan dengan OOG sudah ditandatangani pada Desember 2018. Izin prinsip lokasi dari Gubernur Kalimantan Timur sudah diterbitkan dan saat ini sedang dalam proses pelaksanaan studi dan review dokumen Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW).
“Pertamina menyampaikan terima kasih atas dukungan dari berbagai pemangku kepentingan sehingga megaproyek bisa berjalan dengan baik. Dukungan yang terus menerus dari Pemerintah, baik Pusat maupun Daerah, menjadi kekuatan tersendiri bagi Pertamina menuntaskan tugas bersejarah ini,” tegas Fajriyah.
PLBC Selesai Dibangun
Selama kurun waktu 2015 - 2019, Pertamina telah menyelesaikan Proyek Langit Biru Cilacap (PLBC) yang menjadikan era baru bagi Pertamina untuk memproduksi BBM kelas dunia standar Euro4. Hal ini sejalan dengan kebijakan Pemerintah untuk menerapkan penggunaan BBM berkualitas tinggi dan ramah lingkungan demi menuju Indonesia sehat.
Menurut Fajriyah, PLBC telah beroperasi sejak Juli 2019 dan diintegrasikan dengan Refinery Unit IV Cilacap sehingga produksi BBM berkualitas meningkat signifikan.
“Dengan beroperasinya PLBC, Pertamina berhasil menggenjot produksi Pertamax hingga 60% dari 1 juta barel menjadi 1,6 juta barel per bulan. Adapun BBM yang diproduksi akan disuplai di 4 provinsi yakni Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jogyakarta," papar Fajriyah.
Sebagai proyek infrastruktur energi, PLBC telah memberi manfaat besar bagi Indonesia. Pada masa puncak konstruksi dapat membuka lapangan hingga 2.500 tenaga kerja. Selanjutnya, dengan tuntasnya proyek, Pertamina dapat mengurangi nilai impor BBM sekitar Rp10 Triliun per tahun.(nda/helmi)